-
Wagub Rano Karno menggagas sistem keamanan berbasis warga seperti pecalang Bali untuk menjaga Jakarta.
-
Sistem bernama "Pamong Budaya" ini bertujuan untuk melibatkan warga dalam mencegah berbagai konflik sosial.
-
Gagasan ini didukung oleh program Jaga Jakarta dan peran aktif tokoh lintas agama.
Suara.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menggagas ide agar Ibu Kota memiliki sistem keamanan sosial berbasis masyarakat yang terinspirasi dari pecalang di Bali. Menurutnya, model pengamanan yang melibatkan partisipasi aktif warga ini dapat menjadi kunci untuk mencegah konflik sosial dan menjaga ketertiban di Jakarta.
"Saya selalu berusaha mengadaptasi hal-hal baik. Mohon izin, Bali memiliki kegiatan yang luar biasa yang disebut pecalang. Saya ingin meniru itu di Jakarta. Dulu Jakarta juga punya sistem seperti ini," kata Rano dalam sambutannya di acara dialog silaturahmi ulama, pemerintah daerah, dan Polri di Jakarta Pusat, Senin (3/11/2014).
Rano menilai, jika Jakarta memiliki sistem penjaga lingkungan seperti pecalang, situasi kerusuhan yang sempat terjadi pada akhir Agustus lalu bisa diantisipasi lebih cepat. Ia percaya keterlibatan warga menjadi kunci menjaga stabilitas di tengah dinamika sosial yang tinggi.
"Coba bayangkan kalau Jakarta memiliki pecalang atau tokoh masyarakat yang aktif menjaga lingkungan. Saya yakin, kejadian seperti kemarin bisa kita redam," ujarnya.
Rano mengusulkan agar inisiatif ini dibentuk dalam versi khas Jakarta dengan nama “Pamong Budaya”. Kelompok ini nantinya akan melibatkan warga dari tingkat bawah untuk turut menjaga lingkungan sekaligus memperkuat jejaring sosial antarwarga.
"Kita cari namanya nanti, tapi intinya kami ingin menciptakan 'pecalang-pecalang' Jakarta agar masyarakat di tingkat bawah bisa terlibat langsung dalam pembangunan dan penjagaan kota ini," tutur Rano.
Dalam kesempatan itu, Rano juga menyinggung peristiwa demonstrasi dan kerusuhan pada Agustus hingga awal September lalu. Ia menyebut kejadian itu menjadi titik balik lahirnya kampanye Jaga Jakarta, sebuah gerakan sosial untuk memperkuat rasa persatuan warga.
“Setelah peristiwa tersebut, Jakarta berusaha merajut kembali semangat persatuan. Dari hasil dialog saya bersama Pak Gubernur, kami sepakat untuk menjaga semangat itu. Saya bilang kepada beliau, ‘Mas, saya minta izin, tagline Jaga Jakarta ini harus kita gunakan’,” kata Rano.
Dari gerakan itu, Pemprov DKI membentuk Posko Jaga Jakarta di setiap tingkatan wilayah, mulai dari provinsi hingga kelurahan, sebagai wadah koordinasi antara pemerintah, aparat, dan masyarakat. Selain itu, program Jaga Kampung juga digerakkan untuk memperkuat peran RT, RW, ulama, dan komunitas dalam menjaga keamanan.
Baca Juga: Celah Keamanan Fatal: Peretas Bisa Kendalikan Mobil dari Jarak Jauh!
“Komunikasi yang terbuka, saling menghormati, dan dilandasi kepercayaan menjadi fondasi penting dalam menjaga stabilitas Jakarta,” ucapnya.
Rano juga menegaskan pentingnya peran ulama serta tokoh lintas agama dalam menjaga harmoni sosial. Menurutnya, mereka memiliki kemampuan untuk menenangkan suasana di tengah potensi provokasi.
"Ulama di sini bukan hanya ulama muslim. Tokoh masyarakat dan tokoh agama dari berbagai keyakinan juga merupakan ulama di agamanya masing-masing. Untuk itulah FKUB dibentuk, karena kekuatan kita justru ada pada perbedaan itu," pungkasnya.