- Ahmad Sahroni memutuskan untuk membongkar total rumahnya di Tanjung Priok yang rusak parah akibat penjarahan massa pada Agustus 2025
- Proses perataan bangunan hingga menjadi puing memakan biaya yang tidak sedikit, yakni mencapai Rp250 juta, dan ini belum termasuk biaya pembangunan kembali
- Pembongkaran ini bukan akhir, melainkan awal dari pembangunan kembali hunian dari nol, yang didahului dengan acara doa bersama sebagai simbol kebangkitan dan harapan baru
Suara.com - Keputusan besar diambil politisi Partai NasDem, Ahmad Sahroni, terkait nasib kediamannya di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pasca insiden penjarahan brutal pada Agustus 2025 lalu, rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya itu kini telah rata dengan tanah, menyisakan hamparan puing yang siap untuk dibangun kembali.
Pembongkaran total ini menjadi simbol lembaran baru bagi Sahroni setelah melewati peristiwa traumatis tersebut.
Proses perataan bangunan yang dimulai sejak awal November ini menyita perhatian publik, mengungkap sejumlah fakta menarik di baliknya.
Berikut adalah rangkuman fakta-fakta terkait pembongkaran rumah Ahmad Sahroni yang dirangkum:
1. Imbas Pernyataan Kontroversial dan Penjarahan Brutal
Keputusan untuk merobohkan rumah ini berawal dari tragedi penjarahan yang dipicu oleh kemarahan massa. Insiden ini merupakan buntut dari pernyataan kontroversial Sahroni terkait isu kenaikan tunjangan anggota DPR yang memicu reaksi keras dari publik.
Akibatnya, massa yang disebut bukan berasal dari warga sekitar, menggeruduk, merusak, dan menjarah seluruh isi rumah tiga lantai tersebut.
Sahroni, yang saat kejadian berada di dalam rumah, bahkan harus bersembunyi di lantai atas untuk menyelamatkan diri.
Baca Juga: Tak Mau Renovasi! Ahmad Sahroni Pilih Robohkan Rumah Usai Dijarah Massa, Kenapa?
2. Dibongkar Total Hingga Rata dengan Tanah
Kerusakan yang ditimbulkan akibat amuk massa sangat parah, membuat struktur bangunan tidak lagi layak untuk dipertahankan.

Sahroni akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan renovasi, melainkan membongkar total seluruh bangunan hingga rata dengan tanah.
Sejumlah alat berat seperti ekskavator dikerahkan untuk menghancurkan sisa-sisa bangunan di gang sempit Jalan Swasembada Timur XXII tersebut.
3. Biaya Pembongkaran Capai Ratusan Juta Rupiah
Langkah meratakan bangunan ternyata memakan biaya yang tidak sedikit. Hanya untuk proses pembongkaran saja, Sahroni dilaporkan harus merogoh kocek hingga Rp250 juta.