BNPB: Penanaman Vegetasi Jadi Benteng Pertama Hadapi Bencana Hidrometeorologi

Vania Rossa Suara.Com
Minggu, 23 November 2025 | 12:58 WIB
BNPB: Penanaman Vegetasi Jadi Benteng Pertama Hadapi Bencana Hidrometeorologi
Penanaman Vegetasi untuk Mitigasi. (dok. ist)
Baca 10 detik
  • 93 persen dari sekitar 3.000 bencana tahunan di Indonesia adalah hidrometeorologi, mendorong mitigasi berbasis vegetasi.
  • BNPB melaksanakan penanaman vegetasi serentak di empat provinsi, dengan puncak acara di Bogor pada Hari Pohon Sedunia.
  • Penanaman pohon di hulu DAS Ciliwung penting untuk melindungi 3,5 juta penduduk hilir dari risiko bencana.

Suara.com - Indonesia memasuki era di mana bencana hidrometeorologi semakin sering terjadi dan menimbulkan dampak luas. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakhir terdapat sekitar 3.000 kejadian bencana di Indonesia, dan 93 persen di antaranya merupakan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.

Angka ini bukan hanya mencerminkan eskalasi ancaman, tetapi juga mempertegas pentingnya mitigasi berbasis lingkungan, terutama melalui penanaman vegetasi di wilayah hulu dan daerah aliran sungai (DAS).

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan bahwa penanaman pohon bukan sekadar kegiatan simbolis, melainkan strategi mitigasi jangka panjang yang memiliki dampak ekologis dan ekonomis.

"Momentum Hari Pohon Sedunia mengingatkan kita bahwa pohon bukan sekadar elemen estetika dalam lanskap, tetapi penopang ekosistem dan benteng pertama ketika bencana datang," ujarnya dalam sambutan daring dari Wonosobo, Jawa Tengah.

Gerakan Nasional Penanaman Vegetasi: Fokus Hulu, Dampak Nasional

Sebagai bentuk langkah konkret, BNPB bersama unsur pentaheliks melaksanakan penanaman vegetasi serentak di empat provinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Puncak kegiatan berlangsung di EIGER Adventure Land, Desa Sukagalih, Megamendung, Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (21/11).

Dalam rangka Hari Pohon Sedunia, tercatat 123.320 bibit pohon ditanam di Jawa Barat sebagai bagian dari upaya pemulihan lahan kritis dan penguatan infrastruktur hijau yang sejalan dengan arah kebijakan lingkungan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo.

Kegiatan tersebut melibatkan berbagai elemen, mulai dari relawan, TNI, Polri, pemerintah daerah, hingga komunitas lokal. Kehadiran multipihak menjadi faktor penting mengingat mitigasi bencana tidak dapat berdiri sendiri, melainkan memerlukan orkestrasi lintas sektor.

Kabupaten Bogor: Hulu DAS Ciliwung dan Titik Kritis Mitigasi Bencana

Baca Juga: Evakuasi Korban Bencana Tanah Longsor di Banjarnegara

Kabupaten Bogor menjadi salah satu lokasi strategis gerakan ini karena posisinya sebagai hulu Daerah Aliran Sungai Ciliwung, yang menopang kehidupan sekitar 3,5 juta penduduk di wilayah hilir.

Kawasan ini bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga penopang ekologis yang memengaruhi kualitas air, sedimentasi, risiko longsor, hingga banjir di wilayah perkotaan seperti Jakarta.

Menko PMK Pratikno menegaskan pentingnya peran hulu dalam mencegah bencana di wilayah hilir.

"Tempat seperti ini bukan hanya menjadi destinasi green tourism, tetapi juga memiliki peran strategis dalam menjaga keselamatan 3,5 juta warga yang tinggal di wilayah DAS Ciliwung," ujarnya.

Deputi Bidang Pembangunan Kewilayahan Bappenas Medrilzam juga menyoroti urgensi rehabilitasi lahan kritis. Indonesia mengalami kerugian bencana mencapai Rp22 triliun per tahun, sementara luas lahan kritis nasional mencapai 12,3 juta hektare, termasuk area signifikan di DAS Ciliwung dan Citarum.

Sebagai tuan rumah puncak kegiatan, EIGER Adventure Land diapresiasi atas komitmennya menjalankan model ekowisata yang terintegrasi dengan konservasi. Kawasan ini berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan total area lebih dari 300 hektare yang difokuskan untuk pemulihan ekosistem hulu.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI