suara hijau

Mengapa Restorasi Mangrove Kini Jadi Kunci Lindungi Pesisir Indonesia?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 03 Desember 2025 | 13:01 WIB
Mengapa Restorasi Mangrove Kini Jadi Kunci Lindungi Pesisir Indonesia?
Peran krusial mangrove dalam mitigasi perubahan iklim global.
Baca 10 detik
    • Lebih dari 5.000 km² mangrove hilang secara global, termasuk laju kerusakan sistematis di Indonesia.
    • Hilangnya mangrove berakibat pada naiknya abrasi, banjir rob, rusaknya mata pencaharian pesisir, dan meningkatnya emisi karbon.
    • Restorasi berbasis data seperti MERA dan SECURE membuka peluang pemulihan ekosistem, jika dilakukan konsisten dan kolaboratif.

Suara.com - Di banyak pesisir dunia, hutan mangrove bekerja dalam diam. Akar-akar yang mencengkeram sedimen memperlambat arus, memecah gelombang, dan menjadi benteng pertama dari abrasi serta badai.

Ekosistem ini menyimpan karbon dalam jumlah besar, menjadi habitat penting bagi berbagai biota, sekaligus menopang mata pencaharian masyarakat pesisir.

Namun dua dekade terakhir, benteng alam itu mulai runtuh oleh ekspansi tambak, pembangunan pesisir, dan tekanan perubahan iklim.

Kerusakan ekosistem ini tercermin dalam bencana yang terus meningkat. Dari topan di Siargao yang meluluhlantakkan permukiman hingga banjir rob di sepanjang pesisir utara Jawa, absennya perlindungan mangrove semakin terlihat dalam skala kerusakan.

Secara global, lebih dari 5.000 kilometer persegi mangrove hilang dalam kurun 1996–2020. Evaluasi terbaru bahkan menunjukkan lebih dari separuh mangrove dunia berada dalam kondisi rentan.

Ilustrasi hutan mangrove (Pexels/WeeraDanwilai)
Ilustrasi hutan mangrove (Pexels/WeeraDanwilai)

Indonesia: Pemilik Mangrove Terluas, Tapi juga Paling Tertekan

Indonesia memegang peran kunci sebagai negara dengan mangrove terbesar di dunia. Namun, tekanan terhadap ekosistem ini juga tak kalah besar.

Kalimantan Timur menjadi contoh paling gamblang bagaimana migrasi besar-besaran sejak 1970-an mengubah pesisir menjadi pusat tambak dan permukiman baru.

Di Delta Mahakam dan Teluk Balikpapan, ribuan hektare mangrove berubah fungsi, meninggalkan jejak kehilangan ekosistem yang masif.

Baca Juga: Tak Tercatat Statistik, tapi Menghidupi Pesisir: Potret Perempuan Nelayan

Temuan ini dipertegas oleh penelitian “Pentingnya Restorasi di Tengah Laju Kerusakan Mangrove” dari Remote Sensing Officer Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Dzimar Akbarur Rokhim Prakoso.

Ia mencatat bagaimana data satelit memperlihatkan laju deforestasi yang signifikan di Kalimantan Timur antara 1990–2019.

Menurutnya, “Kita sedang melihat pola kehilangan mangrove yang bukan lagi sporadis, tetapi sistematis. Dan ketika mangrove hilang, risiko bencana pesisir langsung meningkat, dari abrasi, banjir rob, hingga hilangnya mata pencaharian masyarakat.”

Dzimar menekankan bahwa kerusakan ini tidak hanya berdampak ekologis, tetapi juga sosial-ekonomi. “Di banyak desa pesisir, mangrove adalah sumber hidup. Ketika rusak, yang paling dulu merasakan dampaknya adalah masyarakat yang paling rentan.”

Mengapa Restorasi Mendesak

Mangrove mampu menyimpan karbon hingga empat kali lebih besar dibanding hutan daratan. Ketika rusak, simpanan karbon itu kembali ke atmosfer dan memperburuk krisis iklim. Karena itu, restorasi menjadi strategi mitigasi penting.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI