BGN Sebut Limbah MBG Bisa Diolah Jadi Kredit Karbon dan Jadi 'Cuan'

Rabu, 17 Desember 2025 | 11:27 WIB
BGN Sebut Limbah MBG Bisa Diolah Jadi Kredit Karbon dan Jadi 'Cuan'
Limbah makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai berpotensi mendukung ekonomi sirkular dengan cara didaur ulang menjadi kredit karbon. (Suara.com/Alfian)
Baca 10 detik
  • BGN menilai limbah program MBG berpotensi mendukung ekonomi sirkular melalui daur ulang menjadi kredit karbon.
  • Menurut BGN, skema kredit karbon dari limbah makanan relatif lebih sederhana dibandingkan sumber lain seperti hutan bakau.
  • BGN berencana meluncurkan proyek percontohan untuk memonetisasi kredit karbon dari pengolahan limbah makanan program MBG.

Suara.com - Limbah makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai berpotensi mendukung ekonomi sirkular dengan cara didaur ulang menjadi kredit karbon.

Hal itu disampaikan Badan Gizi Nasional (BGN) menyusul praktik pengelolaan limbah makanan yang dinilai lebih sederhana dibanding sumber kredit karbon lainnya.

Juru Bicara BGN, Dian Fatwa, mengatakan kredit karbon dapat dihasilkan dari berbagai sumber, seperti hutan bakau, lahan gambut, hingga limbah makanan. Namun, menurutnya, skema dari limbah makanan relatif lebih mudah dijalankan.

“Kredit karbon bisa berasal dari bakau, lahan gambut, dan limbah makanan. Tapi bakau dan gambut itu persyaratannya jauh lebih kompleks. Limbah makanan lebih sederhana,” kata Dian ditemui di SPPG Mutiara Keraton Solo di Bogor, Selasa (16/12/2025).

Meski demikian, ia menegaskan tidak semua limbah bisa langsung dikonversi menjadi kredit karbon. Limbah tersebut harus memenuhi standar tertentu.

"Bisakah semua limbah diubah menjadi kredit karbon? Tidak. Hanya limbah yang dapat ditimbang, diukur, dan diverifikasi dengan standar internasional," katanya.

Dian menjelaskan, kredit karbon dari pengolahan limbah makanan bisa diperdagangkan di pasar karbon sukarela.

Namun, ia juga mengingatkan adanya keterbatasan dalam pasar sukarela. Kredit karbon yang diperdagangkan di skema tersebut tidak termasuk dalam upaya nasional maupun komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris terkait perubahan iklim.

Praktik serupa sebelumnya telah dilakukan oleh Yayasan Jimmy Hantu di Bogor, Jawa Barat.

Baca Juga: BGN Dorong SPPG Turun Langsung ke Sekolah Beri Edukasi Gizi Program MBG

Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mutiara Keraton Solo di Bogor menerapkan konsep pengelolaan sampah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) secara mandiri berbasis pemanfaatan ulang bahan organik. (Suara.com/Lilis)
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mutiara Keraton Solo di Bogor menerapkan konsep pengelolaan sampah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) secara mandiri berbasis pemanfaatan ulang bahan organik. (Suara.com/Lilis)

Yayasan tersebut mengolah sisa makanan dari program MBG di SPPG Mutiara Keraton Solo menjadi kompos dan biogas, sementara sebagian lainnya dimanfaatkan sebagai pakan belatung yang kemudian digunakan untuk pakan ternak.

Dian menyebut, pada awalnya pengelola yayasan tidak menyadari bahwa pengelolaan limbah sederhana tersebut memiliki potensi lingkungan dan ekonomi yang lebih luas.

"Apa yang dilakukan Bapak Jimmy memiliki manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan bahkan memiliki potensi bisnis," katanya.

Melihat potensi tersebut, BGN kini tengah menjajaki langkah untuk memperkuat ekonomi sirkular dengan memonetisasi kredit karbon yang berasal dari limbah makanan program MBG.

Sebagai tindak lanjut, BGN berencana meluncurkan proyek percontohan untuk skema tersebut.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI