Angka ini dihitung berdasarkan tarif 25 persen terhadap komponen impor yang mewakili sekitar 15 persen dari total harga kendaraan. Tahun depan, potongan tersebut akan dikurangi menjadi 2,5 persen, seiring target pengurangan ketergantungan pada impor.
Menteri Keuangan, Scott Bessent, menyambut baik keputusan ini dan menyebutnya sebagai upaya strategis untuk menciptakan lapangan kerja baru di sektor manufaktur otomotif.
Visi besarnya jelas: mengembalikan kejayaan industri mobil Amerika dan menjadikannya pilar ekonomi nasional seperti di masa keemasan.
Langkah ini mulai menunjukkan dampak positif. Pejabat tinggi di Departemen Perdagangan mengindikasikan bahwa sejumlah produsen besar sedang mempersiapkan ekspansi besar-besaran.
Mulai dari penambahan shift produksi, perekrutan ribuan pekerja baru, hingga pembangunan fasilitas produksi modern. Atmosfer optimisme mulai terasa di kalangan investor dan pelaku industri.
![Ilustrasi pabrik mobil. [ANTARA FOTO/Zabur Karuru]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2015/03/05/o_19fl105tviiu1eaejj739tsu8j.jpg)
Namun, pelonggaran tarif ini bukan tanpa tantangan. Meski memberikan ruang gerak lebih luas bagi pabrikan, kunci sukses kebijakan ini tetap berada di tangan pelaku industri itu sendiri.
Mereka dituntut untuk bergerak cepat, melakukan penyesuaian strategis, serta memperkuat jaringan manufaktur dan logistik dalam negeri.
Pengamat industri mengingatkan bahwa keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, tenaga kerja terampil, dan sinergi antara pemerintah dan sektor swasta.
Transformasi rantai pasok tidak bisa terjadi dalam semalam—namun dengan insentif yang tepat, bukan hal mustahil untuk dicapai.
Baca Juga: Rekomendasi Mobil Bekas 70 Jutaan Cocok untuk Berpetualang: Tangguh di Jalan dan Pajaknya Murah
Di tengah ketatnya persaingan global, langkah ini bisa menjadi titik balik penting bagi AS untuk kembali mengambil posisi dominan dalam industri otomotif dunia.