Perang Harga ke Perang Mulut, Geely Tuding BYD Munafik: Maling Teriak Maling

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 09 Juni 2025 | 16:15 WIB
Perang Harga ke Perang Mulut, Geely Tuding BYD Munafik: Maling Teriak Maling
Perang harga mobil di China merembet ke perang mulut antara petinggi perusahaan otomotif asal Tiongkok. Foto: Geely EX5 kini memiliki varian dengan jarak tempuh 610 km. [Suara.com/Liberty Jemadu]

Suara.com - Ketegangan akibat perang harga antara produsen mobil China berlanjut menjadi perang mulut saat para petinggi merek otomotif Tiongkok berkumpul di ajang 2025 China Chongqing Auto Forum pada akhir pekan kemarin.

Merek-merek mobil China seperti Geely, BYD, GWM, Chery, dan beberapa merek lain saling sindir secara terbuka dalam forum tersebut, yang mengindikasikan keretakan yang kian menganga di dalam industri otomotif Tiongkok akibat perang harga serta semakin tipisnya keuntungan yang bisa diraup.

Wakil Presiden Senior Geely, Victor Young menggunakan kesempatan dalam acara itu untuk menyerang BYD, yang pada awal Mei memicu perang harga mobil di China.

Young menyindir BYD, yang lewat juru bicara Li Yunfei pada minggu lalu menuding para kompetitornya melakukan kampanye untuk menjelekkan produk BYD lewat para influencer serta memanipulasi opini publik.

"Bukannya ini seperti maling teriak maling?" sindir Young seperti dilansir dari CarNewsChina.

Li Yunfei sendiri mengatakan BYD, atas arahan pendiri perusahaan Wang Chuanfu, tidak akan menyebut merek-merek pesaing yang menjadi aktor di balik serangan terhadap raksasa mobil listrik dunia tersebut.

Tetapi Li meminta Pemerintah China untuk turun tangan mengatasi para pesaing yang dicapnya "bodoh dan jahat", karena telah melakukan kampanye misinformasi yang terencana dan terkoordinasi.

Tetapi beberapa merek lain mendukung Geely, termasuk di antaranya Deputi General Manager GAC AION, Xiao Yong yang mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Victro Young adalah aspirasi dari industri otomotif China.

Sementara Chairman Seres Zhang Xinghai memperingatakan bahwa persaingan di industri otomotif China sudah tidak sehat, karena keuntungan yang diraup semakin kecil dan investasi untuk riset serta inovasi juga berkurang.

Baca Juga: Pemerintah China Sentil Perang Harga yang Dipicu BYD: Kualitas Mobil Bisa Jelek Karena Harga Murah

Petinggi Changan dan Chery juga mendesak agar pemerintah China turun tangan untuk menghentikan persaingan yang diwarnai oleh perang dagang.

BYD Picu Perang Harga

Menurut Dewan Promosi Perdagangan Internasional China bidang otomotif, lebih dari 200 model mobil di China sudah dipangkas harganya pada 2023 lalu.

Di empat bulan pertama 2025 sendiri, lebih dari 60 model kembali dipotong harganya. Situasi ini mencapai puncaknya pada Mei kemarin, ketika lebih dari 100 model mobil di China kembali diberi diskon.

Alhasil keuntungan dari setiap unit mobil yang dijual di China kini hanya tinggal 3,9 persen pada Kuartal I 2025, turun dari 8,9 persen pada periode yang sama di 2024.

Perang harga mobil di China memang kembali memanas pada Mei kemarin, setelah BYD kembali memangkas harga sekitar 20an mobilnya, lewat skema tukar tambah. Langkah BYD ini segera diikuti oleh beberapa pesaingnya di China, termasuk Geely, IM Motors, dan Leap Motor.

BYD mengumumkan memangkas harga mobil-mobil jajaran Dynasti an Ocean, termasuk mobil listrik populer Seagull yang harganya turun sekitar 20 persen menjadi sekitar Rp 126 jutaan per unit. Sementara harga BYD Seal hybrid juga turun hingga 34 persen, hingga Rp 232 juta saja.

Pemangkasan harga ini, demikian diumumkan BYD di media sosial Weibo, berlaku sampai 30 Juni mendatang.

Tak lama berselang, raksasa otomotif Tiongkok Geely juga mengumumkan memangkas harga mobil dari jajaran Galaxy.

Ada 7 model Geely Galaxy yang ditawarkan dengan harga lebih murah, termasuk Xingyuan - mobil terlaris di China saat ini - yang kini harganya hanya sekitar Rp 135 juta dari sebelumnya sekitar Rp 155 juta.

Selain itu Geely L6 EM-i, Starship 7 EM-i. E5, L7 EM-i, Starshine 8, dan E8 juga dijual dengan diskon hingga 18 persen.

IM Motors, perusahaan patungan antara SAIC, Alibaba dan Zhangjiang Hi-Tech juga memberikan diskon hingga 18 persen untuk beberapa model mobil listriknya.

Leapmotor, yang sebagian sahamnya dikuasai oleh raksasa otomotif Amerika Serikat - Italia, Stellantis, juga mengumumkan memberikan diskon hingga 30 persen untuk beberapa model mobil, terutama yang berteknologi EREV - mobil hybrid yang memanfaatkan mesin bensin sebagai generator untuk mengisi daya baterai.

Pemerintah China Beri Ultimatum

Perang dagang ini di sektor otomotif ini tidak luput dari pantauan Beijing. Seperti diwartakan South China Morning Post dan The Straits Times, Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China memperingatkan para produsen mobil lokal untuk tidak mengobarkan "perang harga yang tidak tertib".

Meski tak menyebut nama merek secara spesifik, tapi peringatan itu dinilai menyasar langsung ke BYD sebagai pabrikan yang pertama kali memberi diskon besar-besaran pada akhir Mei kemarin.

Kementerian itu juga mewanti-wanti, bahwa pemangkasan harga yang asal-asalan akan merusak proses riset, menurunkan kualitas produk dan akan membuat produk otomotif Tiongkok tidak lagi aman.

"Tidak ada pemenang dan masa depan yang lebih baik dalam perang harga," tegas pejabat Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China.

Peringatan yang sama juga datang dari surat kabar Partai Komunis China, People's Daily, yang dalam salah satu kolom opininya pada 1 Juni kemarin mengkritik persaingan yang tidak sehat, yang bisa merusak rantai pasok otomotif Tiongkok.

Surat kabar corong Partai Komunis itu memperingatkan bahwa produk murah dan berkualitas rendah bisa merusak reputasi kendaraan-kendaraan Made in China yang kini sudah mulai diakui di kancah internasional.

People's Daily juga meminta para produsen otomotif untuk tidak mengulang kesalahan yang dibuat oleh para produsen motor China di Asia Tenggara beberapa dekade lalu, yang menjual motor murah tapi kualitasnya rendah.

Sebelumnya, asosiasi industri otomotif China juga memperingatkan para anggotanya untuk tidak bersaing secara tidak sehat, yang bisa menggerus keuntungan dan menurunkan kualitas produk.

Peringatan senada juga diutarakan oleh asosiasi dealer mobil China, yang mengatakan perang harga membuat keuntungan mereka semakin tipis.

Para dealer juga mengeluhkan tekanan semakin berat yang mereka terima dari pabrikan, karena mereka dipaksa untuk menerima kiriman unit mobil lebih banyak, telatnya pembayaran, dan tingginya biaya operasional.

"Kondisi semakin memburuk sejak Kuartal II ketika diskon-diskon harga kembali digelar, dipicu oleh pemain utama di industri mobil listrik, dan yang kemudian menyebar ke seluruh industri," kata asosiasi dealer mobil China dalam pernyataan resminya.

"Perang harga mungkin jadi judul besar di mana-mana, tetapi mereka menyeret seluruh industri dalam pusaran yang tidak berujung," lanjut asosiasi tersebut.

Pada saat yang sama dilaporkan sejumlah besar dealer BYD di China menutup operasi mereka karena mengalami krisis finansial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI