Suara.com - Aksi BYD memangkas harga puluhan mobilnya di China pada beberapa hari terakhir dan memicu perang harga yang lebih parah di Tiongkok rupanya tidak luput dari pantauan Beijing.
Seperti diwartakan South China Morning Post dan The Straits Times, Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China memperingatkan para produsen mobil lokal untuk tidak mengobarkan "perang harga yang tidak tertib".
Meski tak menyebut nama merek secara spesifik, tapi peringatan itu dinilai menyasar langsung ke BYD sebagai pabrikan yang pertama kali memberi diskon besar-besaran pada akhir Mei kemarin.
Kementerian itu juga mewanti-wanti, bahwa pemangkasan harga yang asal-asalan akan merusak proses riset, menurunkan kualitas produk dan akan membuat produk otomotif Tiongkok tidak lagi aman.
"Tidak ada pemenang dan masa depan yang lebih baik dalam perang harga," tegas pejabat Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China.
Peringatan yang sama juga datang dari surat kabar Partai Komunis China, Harian Rakyat, yang dalam salah satu kolom opininya pada 1 Juni kemarin mengkritik persaingan yang tidak sehat, yang bisa merusak rantai pasok otomotif Tiongkok.
Surat kabar corong Partai Komunis itu memperingatkan bahwa produk murah dan berkualitas rendah bisa merusak reputasi kendaraan-kendaraan Made in China yang kini sudah mulai diakui di kancah internasional.
Harian Rakyat juga meminta para produsen otomotif untuk tidak mengulang kesalahan yang dibuat oleh para produsen motor China di Asia Tenggara beberapa dekade lalu, yang menjual motor murah tapi kualitasnya rendah.
Sebelumnya, asosiasi industri otomotif China juga memperingatkan para anggotanya untuk tidak bersaing secara tidak sehat, yang bisa menggerus keuntungan dan menurunkan kualitas produk.
Baca Juga: Produsen Mobil China Tuding BYD Lakukan Perang Harga yang Rugikan Industri Otomotif
Peringatan senada juga diutarakan oleh asosiasi dealer mobil China, yang mengatakan perang harga membuat keuntungan mereka semakin tipis.
Para dealer juga mengeluhkan tekanan semakin berat yang mereka terima dari pabrikan, karena mereka dipaksa untuk menerima kiriman unit mobil lebih banyak, telatnya pembayaran, dan tingginya biaya operasional.
"Kondisi semakin memburuk sejak Kuartal II ketika diskon-diskon harga kembali digelar, dipicu oleh pemain utama di industri mobil listrik, dan yang kemudian menyebar ke seluruh industri," kata asosiasi dealer mobil China dalam pernyataan resminya.
"Perang harga mungkin jadi judul besar di mana-mana, tetapi mereka menyeret seluruh industri dalam pusaran yang tidak berujung," lanjut asosiasi tersebut.
Pada saat yang sama dilaporkan sejumlah besar dealer BYD di China menutup operasi mereka karena mengalami krisis finansial.
BYD Picu Perang Harga