Petaka Pengguna Mobil Listrik: Tak Bayar Subskripsi, Tenaga Mesin Dibatasi

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Senin, 18 Agustus 2025 | 17:47 WIB
Petaka Pengguna Mobil Listrik: Tak Bayar Subskripsi, Tenaga Mesin Dibatasi
Mobil listrik murni Volkswagen ID.3. [Volkswagen via ANTARA].

Suara.com - Era mobil listrik seharusnya membawa efisiensi dan kemudahan. Tapi apa jadinya jika performa mobil yang sudah dibeli justru dikunci oleh sistem berlangganan? Itulah yang sedang terjadi pada Volkswagen ID3 di Inggris. Mobil listrik mungil ini menyimpan cerita yang cukup mengganggu soal kepemilikan dan hak akses terhadap fitur yang seharusnya sudah menjadi milik pembeli.

Dikutip dari The Drive, biayanya bukan main. Untuk membuka tambahan 27 hp dan torsi ekstra dari 264 Nm menjadi 309 Nm, pemilik harus membayar sekitar Rp360 ribu per bulan.

Jika ingin akses seumur hidup, mereka harus merogoh kocek sekitar Rp14,2 juta. Ironisnya, tenaga penuh ini sudah ada di mobil secara fisik, hanya saja dibatasi oleh software. Model bisnis ini memicu perdebatan sengit di komunitas otomotif. Banyak yang menyebutnya sebagai praktik "menjual ulang" fitur yang sudah dibayar.

Sebab, konsumen membeli mobil dengan perangkat keras lengkap, tapi tidak bisa mengakses semua kemampuannya tanpa biaya tambahan. Ini bukan soal upgrade, tapi soal mengaktifkan potensi yang sudah ada. Lebih parah lagi, tenaga penuh yang dikunci ini tetap tercatat di dokumen kendaraan.

Artinya, pemilik tetap dikenai premi asuransi berdasarkan tenaga maksimal, meski mereka tidak bisa menggunakannya kecuali membayar lagi. Ini menambah beban finansial yang tidak proporsional dan menimbulkan pertanyaan serius soal transparansi dan etika bisnis.

Volkswagen bukan satu-satunya yang mencoba model ini. BMW sempat menerapkan sistem berlangganan untuk fitur pemanas jok, dan Mercedes-Benz menawarkan upgrade performa melalui software. Tapi ID.3 menjadi contoh ekstrem karena fitur yang dikunci adalah tenaga mesin, sesuatu yang sangat mendasar dalam pengalaman berkendara.

Volkswagen ID.4 [Newsroom VW].
Volkswagen ID.4 [Newsroom VW].

Di balik semua ini, ada tren yang lebih besar: transisi industri otomotif ke model "kendaraan berbasis perangkat lunak." Pabrikan mulai menyederhanakan produksi dengan satu konfigurasi perangkat keras, lalu membedakan varian melalui software. Secara bisnis, ini memang efisien. Tapi bagi konsumen, ini bisa menjadi jebakan biaya jangka panjang.

Model berlangganan seperti ini mengubah definisi kepemilikan. Dulu, membeli mobil berarti memiliki semua fiturnya. Sekarang, fitur bisa dinyalakan atau dimatikan tergantung status pembayaran. Ini menciptakan ketidakpastian dan rasa tidak aman, terutama jika pabrikan suatu saat menghentikan dukungan atau menaikkan tarif.

Kesimpulannya, Volkswagen ID.3 bukan hanya soal mobil listrik mungil dengan desain modern. Ia menjadi simbol pergeseran besar dalam cara kita memiliki dan menggunakan kendaraan. Jika tren ini terus berlanjut, konsumen perlu lebih waspada dan kritis terhadap apa yang sebenarnya mereka beli. Sebab, di masa depan, performa mobil bisa jadi bukan soal mesin—tapi soal langganan bulanan yang tak kunjung selesai.

Baca Juga: Chery Ungkap Alasan Pilih Perbanyak Model Hybrid Ketimbang Mobil Listrik Murni di Indonesia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI