Seorang Fotografer Mengubah Rambu-Rambu Jalan Hong Kong Menjadi Puisi 27 Juni 2019 by Muchamad Dikdik R. Aripianto Puisi milik siapa saja yang memendam keresahan di hatinya. | dynaimage.cdn.cnn.com Bukan dengan pena, seorang fotografer menulis puisi dengan pendar cahaya
Puisi bukan hanya milik mereka yang terlanjur bergelar "sastrawan", juga bukan hanya milik mereka yang mengenyam pendidikan formal di jurusan sastra. Puisi milik siapa saja yang memendam keresahan di hatinya. Setiap orang berhak menulis puisi.
Dalam proses kreatifnya, banyak ragam, teknik, dan medium puisi yang bisa dipilih. Cerita seorang fotografer di Hong Kong ini menjadi salah satu contoh unik kebebasan dalam menulis puisi. Ia menulis dengan memanfaatkan kerlip lampu rambu-rambu jalan raya.
Bagaimana mungkin itu bisa bisa dilakukan? Bisakah kita menulis puisi dengan kilau cahaya lampu? Berikut beberapa ulasannya: