Suara.com - Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) blusukan ke para mitra dan calon mitra, yang bergerak di bidang peternakan. Salah satunya Koperasi Produksi Ternak (KPT) Maju Sejahtera (MS).
Dalam kunjungannya, LPDB-KUMKM menyampaikan siap menyalurkan dana bergulir yang dibutuhkan koperasi tersebut.
Koperasi yang bergerak dalam pengembangan usaha pembiakan sapi (breeding) itu mengaku, para anggotanya sangat ingin memiliki sapi secara kredit, hanya saja koperasi memiliki kesulitan permodalan. Akibat terbentur dana itulah, antrean mengajukan kredit sapi sampai kini belum bisa dipenuhi, hanya menjadi catatan di buku saja.
Dalam hitungan, Ketua KPT Maju Sejahtera Jaya, Suhadi mengatakan, koperasi yang dipimpinnya membutuhkan sekitar 100 ekor sapi. Jika ditotalkan dalam rupiah berarti Rp 2 miliar, dengan masa tenor atau lamanya angsuran kredit selama 2-3 tahun.
"Jika dihitung-hitung, satu peternak akan membayar cicilan sekitar Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta per bulan. Besaran cicilan ini tidak memberatkan peternak," kata Jaya, saat Staf Khusus Menkop dan UKM Agus Santoso, Direktur Pengembangan Usaha LPDB-KUMKM Iman Pribadi, dan Direktur Bisnis LPDB-KUMKM Krisdianto mengunjungi Koperasi yang berlokasi di Desa Wonodadi, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Suhadi menyampaikan, kebutuhan 100 ekor sapi itu tidak serta merta langsung sejumlah itu, melainkan bertahap dengan rincian setiap bulan 20 ekor sapi. Dalam "mimpinya" mewujudkan petani ternak yang maju, maka 1 peternak setidaknya harus memiliki 10-13 ekor sapi.
Namun saat ini para peternak yang menjadi anggota koperasi baru memiliki 1 - 2 ekor sapi.
"Sebenarnya bergerak di bidang pembiakkan sapi tidak terlalu menguntungkan, tapi semangat saya untuk tetap menjalankan usaha ini bukan semata-mata materi, melainkan sebagai upaya menjadikan Indonesia sebagai sentra peternakan sapi. Kalau peternak-peternak di sini tidak semangat menciptakan bibit sapi, Indonesia akan impor terus," tuturnya.
Selama ini, usaha pembiakan sapi dilakukan dengan menyewakan sapi indukan kepada para anggota koperasi memiliki perbandingan 1 : 20. Fee menyewa ini didapatkan dari komisi 5 persen dari setiap anak sapi yang dihasilkan.
Baca Juga: LPDB-KUMKM Tahun Ini Target Salurkan Rp 1,85 Triliun Dana Bergulir
Pada 2019, KPT MS berhasil melelang 82 ekor anak sapi, dan pada tahun sebelumnya mencapai 87 ekor anak sapi. Keberhasilan KPT MS dalam pembiakan sapi ini tidak lepas dari hasil kerja sama dengan Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding (IACCB).
Saat itu, Australia memberikan bantuan sapi Brahman Cross (BC). Bantuan ini berdampak baik bagi peternak di dalam koperasi dan ini menjadi kebanggaan tersendiri KPT MS yang masih terhitung baru.
“Untuk merawat sapi juga makin baik, sehingga sapi beranak pun jadi semakin cepat dan teratur. Kalau semua petani kita punya ternak sapi, maka Indonesia tidak perlu impor sapi lagi,” katanya, seraya menyebutkan, sapi Brahman Cross yang diletakkan di KPT itu dibagi ke 15 kandang di Kecamatan Tanjung Sari. Satu kandang terdapat 15 sampai 17 ekor sapi.
Adapun populasi sapi potong yang tergabung di KPT Maju Sejahtera ini sekitar 2.885 ekor, dengan jumlah peternak sebanyak 730 kepala rumah tangga dan skala kepemilikan 2-3 ekor, yang semuanya berfokus pada usaha pembiakan sapi. Jenis ternak sapi yang dikembangkan hampir 90 persen sapi Peranakan Ongole (PO) dan 10 persen jenis sapi lain, seperti Limousin, Simental, dan Bali
Koperasi yang berdiri pada 2016, atas rekomendasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap tata niaga daging sapi itu merupakan gabungan kerja dari 38 kelompok peternak di Provinsi Lampung dan 4 kelompok peternak di Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan. Koperasi ini juga tercatat sebagai koperasi pertama di Indonesia yang mengadakan lelang terbuka anak sapi (pedet).
Biasanya koperasi menjual anak sapi hasil panennya langsung ke pasar hewan atau blantik.