Astin mengingatkan beberapa penyebab seseorang menjadi korban kekerasan berbasis gender online, seperti rendahnya pemahaman akan pentingnya menjaga keamana data pribadi di ranah digital, terlalu banyak mengumbar informasi di media sosial, masalah keuangan, serta tingkat pendidikan.
“Ingat, kekerasan berbasis gender online juga dapat masuk ke dunia offline, di mana korban atau penyintas mengalami kombinasi penyiksaan fisik, seksual, dan psikologis, baik secara online maupun langsung di dunia nyata,” kata Astin.
Sementara itu, I Gede Putu Krisna menyampaikan beberapa cara untuk menyikapi kekerasan berbasis gender online. Pertama, mendokumentasikan hal-hal yang terjadi pada diri sendiri. Kedua, terus memantau situasi yang dihadapi. Ketiga, menghubungi pusat bantuan. Dan keempat adalah dengan memblokir akun pelaku dan melaporkan ke pihak berwajib.