Memoar dengan Value
Singgih melihat memoar asli yang kemudian dibukukan melalui proses panjang selama beberapa tahun ini (ditulis Oktober 1976 dan menjadi buku November 2022) menyiratkan sejumlah value yang menggambarkan kuatnya tokoh Kadiroen.
“Karya ini menjadi penting dari segi sejarah, politik dan kondisi ekonomi pada masa itu. Berbagai aspek yang dikemukakannya seperti dalam aspek sejarah keluarga, menjadi referensi bagi lahirnya karya-karya serupa di dalam negeri, sehingga memperkuat dokumentasi arsip berskala nasional," katanya.
Kadiroen menjadi saksi dan pelaku sejarah yang memberikan berbagai informasi berharga di masa tersebut, kendati menjadi dokumen sejarah tertulis yang sifatnya subyektif. Buku ini mengungkapkan kekuasaan kolonial Pemerintah Hindia Belanda di mata “wong cilik.”
Sebagai pembicara utama, Triyono mengemukakan, sejarah tidak pernah memiliki kata akhir atau batas waktu. Dia akan selalu terbuka terhadap temuan baru dan tafsiran baru yang muncul kemudian. Penangkapan dan pembuangan orang-orang pergerakan nasional menentang penjajahan Belanda ke Kamp Konsentrasi Boven Digul tidak banyak tampil dalam diskursus sejarah kemerdekaan kita.
Tulisan mengenai Boven Digul baru bermunculan setelah masa reformasi politik 1998, ketika kebebasan menulis dan akses terhadap informasi terbuka lebar, dan ketika ijin terbit sudah tidak lagi menjadi halangan dalam mempublikasikan buah pikiran atau pendapat. Tulisan-tulisan itupun umumnya bukan dibuat oleh ex Digulis sendiri yang mengetahui dan memiliki pengalaman langsung di Kamp Konsentrasi Bovel Digul, melainkan oleh tangan kedua berdasarkan cerita atau pengakuan dari Digulis atau sumber-sumber lain.
Buku Berjalan Sampai ke Batas ini diterbitkan dari manuskrip tulisan tangan Kadiroen sendiri sebagai seorang Digulis. Buku ini memberikan informasi dan sekaligus membuka pengetahuan kita secara lebih lengkap tentang Kamp Konsentrasi Boven Digul; sikap dan kondisi mental para deportados setelah berada di Boven Digul, komitmen dan konsistensi perjuangan mereka yang kemudian dilanjutkan dari Australia untuk Kemerdekaan Indonesia.
Dari buku ini, publik dapat memperoleh gambaran dan pemahaman lebih lengkap proses perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya menyangkut perjuangan dan penderitaan kaum Digulis di Kamp Konsentrasi Boven Digul, dan peran mereka dalam peristiwa pemogokan buruh pelabuhan Australia (Waterfront Workers Federation - WWF) terhadap kapal-kapal Belanda di Australia.
Buku tulisan Kadiroen ini menyajikan sebuah kisah dari tangan pertama bagaimana kehidupan dan suasana di Kamp Konsentrasi Boven Digul, baik di Kamp Konsentrasi Tanah Merah maupun Kamp Konsentrasi Tanah Tinggi.
Baca Juga: Sejarah Pajak di Indonesia, Mulai Zaman Kerajaan Hingga Indonesia Merdeka
Bagaimana tekanan kehidupan akibat kondisi alam sekitar dan kesulitan hidup yang dijalani di Kamp Konsentrasi, dan perbedaan ragam pandangan politik diantara para deportados telah mempengaruhi dan merubah bukan saja perilaku, sikap dan mentalitas para deportados tersebut, melainkan juga konsistensi mereka terhadap perjuangan melawan penjajahan Belanda. Mereka yang dibuang ke Boven Digul adalah orang orang pergerakan nasional Indonesia yang melawan Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda dan dinilai membahayakan kelangsungan kolonialisme Belanda di Indonesia.