Butuh berapa lama beradaptasi dengan lingkungan bisnis di Jakarta? Kang Didin mengaku selama setahun masih harus berjalan tertatih-tatih.
Baru setelah melewati dua tahun dia bisa merasakan prospek cerah dari target bisnis yang dibidiknya. “Sekarang baru settle (menetap). Kuat. Memang butuh kesabaran dan mental yang tangguh untuk survive di sini. Selain modal usaha juga,” tegasnya.
Dari tiga bisnis yang dijalankan tersebut, Kang Didin mengaku tidak harus hutang bank. Dia lebih banyak melakukan kerjasama dengan mitra bisnisnya. “Hanya Duta Asia Advertising yang modal pribadi,” jelasnya.
Bisnis bagi Kang Didin sudah mendarah daging. Dia harus banting setir meninggalkan jabatan empuknya di sebuah bank swasta hanya untuk mencari rejeki yang lebih sempurna.
“Bisnis itu memang fluktuatif. Tapi inilah seninya. Kalau gagal malah jadi tantangan buat saya,” aku bapak tiga anak ini.
Ia mengaku jika perjalanan hidup seperti berada di atas ril pasti menjemukan. “Saya butuh tantangan,” tegasnya. Dan,” Di bisnis ada itu. Rasanya pingin dikejar lagi. Dikejar lagi kalau yang dituju sudah terpenuhi,” sambungnya.
“Gen” bisnis dalam diri Kang Didin ini bermuara dari ibunya yang memang “petarung” di pasar. Pada masa kecilnya, ibu kandungnya adalah penjual kerupuk. “Ngider di warung-warung itu,” akunya.
Dari sini Kang Didin melihat semangat dan mental dagang Ibu begitu kuat. “Ini yang menginspirasi saya untuk berbisnis. Sehingga mental saya bukan lagi berburu gaji,” akunya.
Ia menyebut perkembangan politik nasional yang lagi ramai di negeri ini tak akan mempengaruhi usahanya. “Siapapun presidennya ga ada pengaruhnya bagi usaha kami. Malah kami akan tetap mendukung pemerintah dengan membuka lapangan pekerjaan,” tutupnya.
Baca Juga: Biodata Lengkap dan Agama Mario Teguh, Motivator yang Terseret Kasus Penggelapan Dana