Wawancara Liliyana Natsir: Stres hingga Mual Jadi Atlet (Bagian 2-Habis)

Sabtu, 20 Juli 2019 | 15:23 WIB
Wawancara Liliyana Natsir: Stres hingga Mual Jadi Atlet (Bagian 2-Habis)
Legenda bulutangkis nasional, Liliyana Natsir (kiri), dalam acara meet and greet di ajang Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (18/7). [Suara.com/Arief Apriadi]

Saya agak down karena sering kalah. Tapi yang penting di Olimpiade bagaimana persiapannya, karena puncaknya itu di Olimpiade.

Jadi saya sempat bilang juga ke Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, bahwa tidak apa-apa kamu kalah karena apa yang kalian lakukan dapat pelajaran dari situ.

Kalian kalah kenapa? Apa yang salah? Persiapan kurang? Atau komunikasi kurang itu harus dipelajari.

Jangan setelah dipertandingan kalian tidak dapat apa-apa, harus belajar evaluasi. Biar makin lama makin maju.

Pasangan ganda campuran Indonesia, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, melaju ke babak kedua Indonesia Open 2019 usai mengalahkan juniornya, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (17/7). [Humas PBSI]
Pasangan ganda campuran Indonesia, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, melaju ke babak kedua Indonesia Open 2019 usai mengalahkan juniornya, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (17/7). [Humas PBSI]

3. Bagaimana menurut Anda penampilan Praveen/Melati di Indonesia Open 2019?

Ya itu, kemarin saya juga nonton Praveen/Melati, biasanya waktu ada saya dan Tontowi, penonton pasti terfokus pada saya dan Owi—sapaan akrab Tontowi.

Jadi kalau mereka gagal tak apa-apa yang penting Owi/Butet bisa dapat hasil maksimal.

Saya bilang pada mereka bahwa ini yang harus mereka persiapkan. Karena setelah Owi/Butet tidak ada otomatis yang terbaik ranking-nya adalah Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria.

Seperti kemarin saya lihat Praveen/Melati memang tekanannya besar sekali ke mereka. Kalau mereka mainnya sedang bagus, mungkin enggak kalah.

Baca Juga: Berdarah Indonesia, Pebulutangkis Hong Kong Rindu Makan Mie Instan

Tapi kemarin terlihat banget saat tersusul, mungkin pemikiran mereka bagaimana nih. Di game kedua mereka sudah tak bisa berkembang lagi.

Wajar ekspektasi pendukung dan pencinta bulutangkis Indonesia inginnya Praveen/Melati dapat hasil yang terbaik.

Saya rasa mereka juga tidak mau kalah, tapi dari segi mentalnya itu saya rasa belum siap. Saya juga pernah mengalami hal itu.

Saya bisa hattrick juara All England, tapi di Indonesia Open awalnya saya dua kali final tak pernah menang.

Saya sempat berpikir kok aneh ya, All England yang katanya angker saya bisa mendapat hattrick gelar, kok di Indonesia Open tak bisa juara.

Setelah kita evaluasi, dari segi mental atau non teknisnya yang kita kurang. Karena kita tuan rumah kita ingin main maksimal, menggebu-gebu, dan kurang kontrol. Mungkin non teknisnya terlalu banyak yang kami pikirkan saat itu.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI