Harapan muncul setelah dia merayu kembali ibundanya, yang pada akhirnya luluh juga.
"Akhirnya di 2014 saya bilang ke mamah. Awalnya saat saya bilang di 2013 dia menolak tapi tak mentah. Mamah ternyata diam-diam mencari tahu soal pilot," kata Bona.
"Dia mencari tahu sekolah pilot yang bagus di mana, begitu 2014 saya bilang lagi, nah nyokap saya setuju. Dia bertanya saya mau sekolah di mana," tambahnya.
![Bona Septano (kiri) bersama sang kakak Markis Kido. [Instagram@bona_septano]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/06/02/94318-bona-septano.jpg)
Belajar Jadi Pilot
Pada awalnya, Bona ingin menimba ilmu sebagai pilot di luar negeri.
Selain berkualitas, periode belajar yang singkat juga jadi pertimbangan.
Namun, sang ibu merekomendasikan Bona untuk bersekolah di Bali International Flight Academy (BIFA). Bona Septano pun setuju.
"Saya waktu itu sempat tak mau, karena saya tahu juga di BIFA itu sulit, sedangkan saya tak punya background pilot, jadi saya tidak pede," jelas peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia 2011.
"Tapi, tahu-tahu nyokap saya sudah daftarkan. Saya kaget sekali saat itu. Saat itu saya berpikir mama mungkin mau tes saya serius apa nggak jadi pilot."
Baca Juga: Begini Sesumbar Valentino Rossi Usai Hengkang dari Monster Yamaha
Les ke Kampung Inggris
Perjuangan Bona Septano untuk diterima di BIFA pada 2014 silam tidak berjalan mulus.
Dia sempat gagal dipercobaan pertama, sebelum akhirnya berhasil tiga bulan kemudian.
"Jadi tesnya banyak, ada psikotes, tes bakat terbang, bahasa Inggris. Saya sempat gagal di psikotes. Saat gagal di awal itu saya harus tunggu 3 bulan untuk bisa tes lagi," jelas Bona.
Bona Septano mengakui bahwa dirinya kurang persiapan saat ikut tes pertama.
Dia sama sekali tak belajar dan datang ke BIFA hanya bermodal semangat.