"Ini dua-duanya sama-sama kompetisi. Memelihara burung kicau itu kompetisi, bulutangkis juga," tambahnya.
Herry menilai kedua dunia yang ia geluti sama-sama membutuhkan skill serta kecakapan dalam pengamatan. Dengan bekal itu, dia jadi tahu mana pemain muda berbakat, dan mana burung anakan yang bakal punya suara memikat.
"Kalau pebulutangkis itu diatur lebih mudah, bisa diajak bicara dua arah, antara pelatih dan pemain," beber Herry.
"Tapi kalau burung, kita tidak bisa diskusi. Jadi tergantung kitanya, kalau burung akan ikut saja apa yang kita lakukan."
"Saat mencari bakat pemain juga sama dengan cari burung, sama-sama harus jeli. Pemain muda kita cari sebagai penerus, burung juga kita cari sebagai pelapis," tambahnya.
![Ribuan burung dalam kandang mengikuti Kontes Burung Berkicau di provinsi Narathiwat, Thailand, Selasa (25/9). [AFP/Madaree TOHLALA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/09/26/62000-kontes-burung-kicau-thailand.jpg)
Uniknya, kiprah Herry IP di dua dunia yang berbeda itu nyatanya memiliki satu kesamaan, yakni dia sama-sama handal dalam memelihara burung kicau dan melatih pebulutangkis.
Prestasinya di dunia bulutangkis sudah tak perlu diragukan. Selain mempromosikan Kevin/Marcus, polesan pelatih asal Pangkal Pinang, Bangka Belitung itu kerap kali membuahkan gelar bergengsi.
Sebut saja medali emas Olimpiade yang diraih Tony Gunawan/Candra Wijaya dan Hendra Setiawan/Markis Kido. Herry mengantarkan Tony/Candra merengkuh podium tertinggi di Olimpiade 2000.
Sementara Hendra Setiawan/Markis Kido berhasil dia jadikan kampiun multievent terakbar di dunia itu pada edisi 2008 yang berlangsung di Beijing, China.
Baca Juga: Takut ke Tukang Cukur Gara-gara COVID-19, Penampilan Herry IP Berubah Total
Tak hanya Olimpiade, sederet gelar lain seperti Kejuaraan Dunia, puluhan gelar BWF World Tour--sebelumnya bernama Superseries--juga telah dia menangkan sebagai pelatih.