
Atlet Muda Penuh Ambisi
Zaza anak yang penuh ambisi. Dia suka Harry Potter. Ding Ning yang tiga kali menjadi juara tenis meja Olimpiade adalah idolanya. Cita-citanya sendiri adalah menjadi pengacara atau apoteker.
Sejak kecil atlet tenis meja pertama Suriah yang lolos ke Olimpiade ini sudah mempesona seluruh negeri, dengan menjuarai semua kategori umur tingkat nasional.
Padahal Hama, kota di mana dia tinggal yang selalu digempur bom dan artileri itu, tak punya fasilitas yang layak. Namun Zaza terus berlatih dan fokus bertenis meja bersama abangnya.
Pada 2016, bersama abangnya itu juga, dia bertualang ke West Asia Hopes Week and Challenge di Qatar.
Di sana, dia bisa berlatih bersama pemain-pemain senior dan sekaligus berkesempatan unjuk kebolehan.
Zaza lalu memperoleh tempat guna turut bertanding dalam World Hopes Week and Challenge itu. Dari turnamen ini pula dia “ditemukan” Eva Jeller, seorang pejabat ITTF.
“Saya jarang sekali melihat pemain seusia dia yang bermain segembira itu dan berlatih setekun Zaza. Dia tak pernah menjemput bola dengan berjalan, selalu berlari. Meski tentu saja tekniknya masih perlu ditingkatkan lagi, determiasi, daya tahan dan kemauannya untuk bermain dan menang menjadi jaminan sukses pada masa mendatang,” kata Jeler dalam laman ITTF.
Meja ping pong yang sudah usang, lantai beralas beton, listrik yang sering mati sehingga atlet lebih sering mengandalkan cahaya matahari saat berlatih padahal siang hari suhu bisa mencapai 40 derajat Celsius ke atas, sungguh tantangan yang tak ditemui olimpian-olimpian lain.
Baca Juga: Kejamnya Barcelona Memperlakukan Matheus Fernandes, Pemain 'Hantu' di Camp Nou
Dan itu masih ditambah berbagai aturan pembatasan terkait COVID-19 yang juga berlaku di Suriah.