Dia bekerja sama dengan wasit Arsen Andryushkin dari Kazakhstan dan Yuji Hirahara dari Jepang. Ketika itu Iran menjadi pemenang mengalahkan Filipina 85-71.
"Yang pertama selalu berkesan. Itu final pertama saya di turnamen besar dengan penonton yang penuh dan antusias. Pasti ada rasa grogi, namun setelah pertandingan mulai berjalan, perasan itu hilang karena fokus ke pertandingan," ujar Harja.
Setelah itu, dia tidak pernah absen menjadi wasit dalam sejumlah ajang regional hingga dunia. Misalnya dalam Kejuaraan Dunia Bola Basket U-17 tahun 2014.
Pada 2016, dia mengikuti NBA Summer League, lalu memimpin di FIBA Women World Cup 2018. Tahun 2019, Harja bertugas di FIBA World Cup 2019.
Harja mengungkapkan menjadi wasit di level tertinggi dibutuhkan stamina yang prima. Untuk itu, dia harus menjaga kondisi fisik agar dapat menjalankan tugas dengan profesional.
"Saya pribadi berlatih rutin dengan pola tiga hari latihan dan sehari istirahat. Dari FIBA sendiri, baik Asia maupun dunia, punya panduan untuk latihan fisik wasit. Setiap hendak memimpin kejuaraan, mereka pasti akan memperhatikan soal fisik tersebut," kata Harja.
Budi pun demikian. Dia mengaku berlatih empat hari dalam sepekan untuk menjaga kondisi tubuhnya. "Saya juga mewasiti pertandingan-pertandingan uji coba klub. Ini untuk menjaga kondisi fisik saya dan suasana pertandingan," kata Budi.
Selain fisik, komunikasi juga menjadi faktor penting dalam memimpin pertandingan internasional. Harja dan Budi memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik.
Harja dan Budi akan bergabung dengan para wasit dari berbagai negara lainnya yang bertugas di FIBA Asia Cup 2022 pada 10 Juli. Kemudian mereka akan menjalani tes fisik lagi sebelum memimpin pertandingan mulai 12 Juli.
Baca Juga: Rajko Toroman Mundur, Milos Pejic Resmi Jadi Pelatih Timnas Basket Indonesia
"Belum tahu pertandingan apa yang akan kami wasiti. Biasanya sehari sebelumnya baru diketahui. Namun apa pun pertandingannya nanti, kami harus siap," kata Harja.