Para ahli menilai apakah setiap pengukuran pada setiap indivisu mengarah ke ujung spektrum perempuan, ke arah ujung spektrum lelaki, atau berada di tengah-tengah.
Joel dan timnya menemukan bahwa hanya 3-6 persen seseorang yang secara konsisten "perempuan" atau "lelaki" untuk semua struktur.
Penyebab perbadaan jenis kelamin otak pun telah menjadi penelitian para ilmuwan. Sebuah penelitian pada tahun 1959 pertama kai menunjukkan bahwa suntikan testosteron ke hewan pengerat yang hamil menyebabkan keturunan betinanya menunjukkan perilaku seksual jantan saat dewasa.
Para penulis penelitian tersebut menyimpulkan bahwa testosteron prenatal secara permanen "mengatur" otak. Banyak penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa hal ini pada dasarnya memang benar, meskipun terlalu sederhana bagi otak manusia.
Para ilmuwan tidak dapat secara etis mengubah kadar hormon prenatal manusia, sehingga para ahli mengandalkan "eksperimen tak disengaja".
Di mana, kadar hormon prenatal ataus respons terhadapnya tidak biasa, seperti pada orang intersex atau orang yang lahir dengan variasi karakteristik seks seperti kromosom, kelenjar kelamin, hormon, atau organ genitalia yang tidak padan dengan definisi umum mengenai lelaki atau perempuan.
Tetapi efek hormonal dan lingkungan juga terikat dalam penelitian ini dan temuan perbedaan jenis kelamin otak tidak konsisten, membuat para ilmuwan tidak memiliki kesimpulan yang jelas untuk otak manusia.
Sementara hormon prenatal mungkin menyebabkan sebagian besar perbedaan jenis kelamin otak pada hewan, ada beberapa kasus di mana penyebabnya langsung bersifat genetik.
Hal ini secara dramatis ditunjukkan oleh zebra finch, burung paling umum di Australia Tengah, dengan anomali yang aneh, yaitu jantan di sisi kanan dan betina di sisi kiri.
Baca Juga: Pernah Kirim Sinyal ke Pengorbit Bulan, Ilmuwan Akhirnya Mendapat Balasan
Struktur otak yang berhubungan dengan bunyi (suara kicauan burung) diperbesar hanya di sebelah kanan, meskipun kedua belah pihak mengalami lingkungan hormonal yang sama.
Dengan kata lain, asimetri otaknya bukan disebabkan oleh hormon, melainkan oleh gen secara langsung. Selain itu, efek langsung gen pada perbedaan jenis kelamin otak juga ditemukan pada tikus.
Dilansir dari Science Alert, Minggu (16/8/2020), banyak orang menganggap perbedaan jenis kelamin dalam otak manusia adalah bawaan, tetapi asumsi itu salah kaprah. Menurut laporan, belajar juga dapat mengubah otak.

Manusia belajar lebih cepat di masa kanak-kanak dan terus belajar sebagai orang dewasa, meskipun dengan kecepatan yang menurun. Mulai dari mengingat fakta atau percakapan hingga meningkatkan keterampilan, belajar mengubah hubungan antara sel saraf yang disebut sinapsis. Perubahan ini banyak dan sering terjadi, tetapi biasanya mikroskopis.
Studi tentang profesi yang tidak biasa menunjukkan pembelajaran dapat mengubah otak orang dewasa secara dramatis. Sebagai contoh, seorang supir taksi diharuskan untuk menghafal "pengetahuan" tentang rute kompleks, jalan, dan landmark kota.
Peneliti menemukan pembelajaran ini secara fisik mengubah hipokampus supir tersebut, sebuah wilayah otak yang penting untuk navigasi. Hipokampus posterior pengemudi taksi ditemukan lebih besar dari individu yang bukan pengemudi, dengan lebih dari 1.000 kali ukuran sinapsis.