Teknik Perawatan Berusia 100 Tahun, Diklaim Bisa Sembuhkan Pasien Covid-19

Rabu, 26 Agustus 2020 | 08:39 WIB
Teknik Perawatan Berusia 100 Tahun, Diklaim Bisa Sembuhkan Pasien Covid-19
Tes Antibodi Covid-19. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Studi lain, para ilmuwan di Mayo Clinik menemukan bahwa plasma penyembuhan mengurangi tingkat kematian di antara pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit sebesar 57 persen.

Sebagian besar penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa pasien yang diobati lebih awal selama terjadi infeksinya memiliki hasil yang lebih baik.

Sebuah studi terbaru terhadap 316 pasien di rumah sakit Houston Methodist menemukan bahwa pasien yang menerima transfusi plasma dalam 72 jam, setelah dirawat di rumah sakit memiliki risiko kematian lebih rendah selama 28 hari berikutnya, dibandingkan pasien yang menerima transfusi setelah 72 jam berlalu.

"Kami sekarang memiliki lebih banyak bukti daripada sebelumnya bahwa terapi plasma berusia seabad ini bermanfaat, aman, dan dapat membantu mengurangi tingkat kematian akibat virus ini," ucap Dr. James Musser, Ketua Department of Pathology and Genomic Medicine di Houston Methodist.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Ilmuwan Mayo Clinic juga menyebut bahwa pengobatan tersebut relatif aman di antara 5.000 orang dewasa dengan kasus yang parah. Kurang dari 1 persen pasien mengalami efek samping yang parah dalam waktu empat jam setelah menerima transfusi. Meskipun transfusi terlalu menimbulkan risiko bagi pasien sakit parah, tapi hanya empat kematian yang tercatat dengan terapi plasma.

Perusahaan obat pun mulai mengubah plasma menjadi obat. Pada Mei, koalisi lembaga medis, perusahaan obat, nirlaba, dan penyintas Covid-19 meluncurkan kampanye The Fight Is In Us, sebuah kampanye untuk mendapatkan lebih banyak sumbangan darah dari pasien Covid-19 yang sudah pulih.

Sebagian dari darah itu akan digunakan untuk transfusi langsung dan sisanya akan digunakan untuk memproduksi hyperimmune globulin, obat yang dibuat dari plasma penyembuhan.

Proses pembuatan hyperimmune globulin melibatkan pengumpulan plasma dari pasien yang pulih dan memanaskannya sehingga patigen yang tersisa dimusnahkan.

Hasilnya adalah sebotol obat dengan tingkat antibodi yang konsisten yang dapat dengan mudah diberikan kepada pasien. Obat ini berfokus pada antibodi yang paling umum ditemukan dalam darah, yaitu imunoglobulin G, biasanya memberikan kekebalan jangka panjang.

Baca Juga: WHO Ragu Terapi Plasma Darah Ampuh Obati Covid-19, Kenapa?

"Ini pada dasarnya dirawat dengan cara yang mengurangi kemungkinan bahwa itu dapat menularkan infeksi apapun. Sesuatu seperti itu bisa sangat membantu, berpotensi, untuk orang-orang di fase awal penyakit atau berpotensi sebagai profilaksis melawan penyakit," kata David Reich, Presiden dan Kepala Operasi Rumah Sakit Mount Sinai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI