Kontroversial, Para Ahli Usulkan Cara Baru Alokasi Vaksin Covid-19 Pertama

Dythia Novianty | Lintang Siltya Utami
Kontroversial, Para Ahli Usulkan Cara Baru Alokasi Vaksin Covid-19 Pertama
Peneliti berupaya menciptakan vaksin virus corona. (ANTARA/Shutterstock/am.)

Setelah vaksin virus Corona (Covid-19) yang aman dan efektif tersedia, orang pertama yang mendapat suntikan vaksin harus dipilih.

Suara.com - Komite dari Akademi Ilmu Pengetahuan, Teknik, dan Kedokteran Nasional atas perintah dari Pusat Pengendalian Penyakit dan Institut Kesehatan Nasional, telah mengusulkan cara baru mengalokasikan vaksin.

Setelah vaksin virus Corona (Covid-19) yang aman dan efektif tersedia, orang pertama yang mendapat suntikan vaksin harus dipilih.

Para ahli merekomendasikan petugas kesehatan menjadi prioritas utama. Orang dewasa yang lebih tua dalam situasi tinggal bersama, juga akan menjadi bagian dari vaksinasi pertama.

Namun, rekomendasi tersebut ditolak oleh para pengajar di Johns Hopkins University dan University of Southern California, yang telah mempelajari ekonomi kesehatan dan epidemiologi selama puluhan tahun.

Baca Juga: Seorang Dokter di Inggris Coba Bunuh Pasangan Ibunya dengan Vaksin COVID-19 Palsu!

Setelah melihat secara langsung risiko nyata dari penyebaran Covid-19 yang cepat dan tanpa gejala di antara orang dewasa yang lebih muda, para ahli tidak setuju dengan beberapa rekomendasi tersebut.

Ilustrasi seorang lelaki di laboratorium. [Shutterstock]
Ilustrasi seorang lelaki di laboratorium. [Shutterstock]

Penyebaran asimtomatik berdampak pada penutupan sekolah dan universitas secara nasional dan mengancam masyarakat sekitar.

Para ahli di Johns Hopkins University dan University of Southern California berpendapat bahwa pandemi ini membutuhkan model berbeda untuk membuat pilihan vaksinasi.

Setelah merawat pekerja penting, vaksinasi harus diberikan kepada penular terbesar virus yang kebanyakan kaum muda dan kemudian kepada yang paling rentan.

Para ahli mengambil pelajaran dari epidemi flu H1N1 pada 2009, yang menewaskan sekitar 500.000 orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, Presiden Barack Obama menyatakan, penyebaran itu sebagai keadaan darurat nasional.

Baca Juga: Pesta Seks Selama Pandemi dan Kebohongan Vaksin Covid-19, Dokter di New York Terancam Penjara!

Sebuah vaksin kemudian dikembangkan pada awal musim gugur 2009. Namun, hanya 16 juta dosis yang awalnya tersedia. CDC diminta untuk membuat beberapa keputusan yang sulit tentang alokasi, sementara beberapa negara bagian meminta sepuluh kali lipat jumlah alokasi.