Suara.com - Teori konspirasi online dan informasi palsu terkait Covid-19 yang tersebar di media sosial, rupanya memberikan dampak mengkhawatirkan.
Studi terbaru, teori konspirasi dan hoaks Covid-19 yang disebut sebagai 'infodemik' mengakibatkan sekitar 5.800 orang harus dirawat di rumah sakit. Diketahui, mereka mengikuti informasi palsu di media sosial dalam tiga bulan pertama di tahun ini.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Tropical Medicine and Hygiene pun merinci contoh rumor yang menyesatkan, teori konspirasi, dan stigma seputar pandemi.
Salah satu hoaks yang banyak dipercaya orang di media sosial adalah bahwa dengan meminum produk pembersih, pembersih tangan atau urine sapi dapat menyembuhkan virus corona. Dari sisi medis, meminum hand sanitizer sama dengan mengonsumsi alkohor dengan kadar tinggi.

Teori konspirasi Covid-19 populer lainnya, mencatut nama Bill Gates yang dituding merupakan sosok pembuat virus corona yang sengaja disebar untuk membuat Presiden AS Donald Trump tidak terpilih di pemilihan presiden berikutnya.
Faktanya, pendiri Microsoft itu berani berinvestasi besar untuk mengembangkan vaksin Covid-19 melalui sejumlah yayasan yang dipimpinnya.
Di sisi lain, informasi yang salah dan menyesatkan itu dilabeli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai infodemik yang menjalar lebih cepat ketimbang virus.
Sementara itu, para peneliti mengikuti misinformasi terkait Covid-19 yang beredar di platform online, termasuk situs web agen pengecekan fakta, Facebook, Twitter, dan surat kabar online. Kemudian, mereka memeriksa dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Hasilnya, para peneliti mengidentifikasi 2.313 laporan rumor, stigma, dan teori konspirasi dalam 25 bahasa dari 87 negara.
Baca Juga: Boleh Percaya Boleh Tidak, Ini 6 Teori Konspirasi Keluarga Kerajaan Inggris
Selain individu yang mengikuti informasi yang salah, para peneliti juga menemukan adanya sejumlah organisasi yang termakan hoaks Covid-19.