Selama solar maximum, Matahari menjadi liar karena mengalami pelepasan massa koronal.
Jika pelepasan ini diarahkan langsung ke Bumi, itu dapat memengaruhi satelit komunikasi dan bahkan jaringan listrik.
Sayangnya, permukaan Bulan tidak memiliki perlindungan dari cuaca luar angkasa yang ekstrem.
Baik NASA maupun National Oceanic and Atmospheric Administration tidak percaya Siklus Matahari 25 akan "sangat aktif", tetapi peristiwa ekstrem dapat terjadi dan manusia tidak memiliki cara tepat untuk memprediksinya.
Penelitian baru ini, para ahli menemukan bahwa dalam siklus genap, peristiwa cuaca luar angkasa ekstrem kemungkinan besar terjadi lebih awal.
Dalam siklus ganjil seperti yang dialami saat ini, peristiwa ekstrem itu biasanya terjadi pada akhir periode siklus.
![Ilustrasi Matahari. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/01/22/21392-ilustrasi-matahari.jpg)
"Penemuan baru ini seharusnya memungkinkan kita untuk membuat ramalan cuaca luar angkasa yang lebih baik untuk siklus matahari yang baru saja dimulai dan akan berjalan selama satu dekade atau lebih," kata Mathew Owens, ahli astrofisika di University of Reading.
Dengan data tersebut, misi Artemis yang berencana mengirim astronot kembali ke Bulan pada 2024 seharusnya dapat melakukan perencanaan, untuk menghindari cuaca luar angkasa ekstrem yang diperkirakan akan terjadi pada akhir dekade ini.
Baca Juga: Ini Kandidat Nama Stasiun Luar Angkasa Mengorbit Bulan