Kontroversial! Disebut Frankenscience, Tikus Jantan Bisa Melahirkan

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 20 Juni 2021 | 07:00 WIB
Kontroversial! Disebut Frankenscience, Tikus Jantan Bisa Melahirkan
Ilustrasi tikus (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tikus jantan melahirkan anak sehat setelah dijahit ke betina dalam eksperimen ilmiah yang kontroversial.

Para peneliti berpikir ini adalah pertama kalinya mamalia jantan berhasil hamil.

Para ilmuwan di balik penelitian ini, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, mengatakan bisa memiliki dampak mendalam pada biologi reproduksi.

Tetapi para aktivis hak-hak binatang mengkritik penelitian tersebut sebagai 'Frankenscience.'

Dilansir laman Metro.uk, Minggu (20/6/2021), para peneliti menggabungkan tikus betina dan tikus jantan yang dikebiri untuk membuat 46 'pasangan parabiotik' yang berbagi darah.

Setelah delapan minggu, para peneliti mentransplantasikan rahim ke tikus jantan.

Eksperimen kontroversial tikus. [Metro.co.uk]
Eksperimen kontroversial tikus. [Metro.co.uk]

Setelah pejantan pulih, para ilmuwan menanamkan 842 embrio tahap awal di rahim tikus jantan dan betina, 562 menjadi betina dan 280 menjadi jantan.

Lebih dari dua minggu kemudian, mereka melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan janin tikus. Mereka yang selamat kemudian diasuh oleh ibu pengganti.

Sepuluh anak tikus yang sehat dikirim ke induk jantan dan bertahan hingga dewasa, tingkat keberhasilan hanya 3,68 persen.

Baca Juga: Ngeri, Wanita Terbangun karena Seekor Tikus Gerogoti Bola Matanya

Embrio yang sehat hanya berkembang pada 30 persen tikus parabiotik betina.

Beberapa embrio yang mati setelah ditanamkan pada tikus jantan berkembang secara tidak normal.

Para ilmuwan mengatakan, penelitian mereka didasarkan yang sebelumnya gagal menanamkan embrio pada jantan tanpa rahim.

Mereka mengatakan, hasil mereka mungkin memiliki 'dampak mendalam' pada penelitian reproduksi, tetapi tidak merinci lebih lanjut.

Para peneliti, yang berbasis di Naval Medical University di Shanghai, China, mengatakan mereka mengikuti 'pedoman etika lokal' untuk mengurangi penderitaan hewan selama percobaan.

Ini berarti meminimalkan jumlah tikus yang terlibat dalam penelitian dan melakukan semua prosedur bedah dengan anestesi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI