Suara.com - Penelitian yang dilakukan para ahli di Universitas Oxford menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca dan Pfizer dapat dicampur.
Kedua vaksin Covid-19 dicocokkan dengan aman untuk menghasilkan respons kekebalan tubuh yang kuat terhadap virus corona.
Studi Com-Cov yang dipimpin Profesor Matthew Snape ini menunjukkan bahwa seseorang dapat menerima suntikan pertama vaksin AstraZeneca dan Pfizer sebagai dosis kedua, selama periode empat minggu.
Jenis vaksinasi ini menginduksi konsentrasi tinggi antibodi yang menargetkan protein lonjakan (spike protein) yang menutupi bagian luar Covid-19.
Temuan ini mendukung keputusan yang dibuat negara-negara seperti Prancis dan Jerman, untuk memberikan dosis Pfizer kedua kepada orang-orang yang awalnya menerima vaksin AstraZeneca.
Negara-negara yang menghadapi kekurangan pasokan vaksin, juga akan diyakinkan bahwa petugas medis di sana dapat dengan aman dan efektif mengganti pemberian dosis vaksin berbeda.
![Dokter menunjukan vaksin COVID-19 Astra Zeneca dosis pertama di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta, Selasa (8/6/2021). [Suara.com/Oke Atmaja]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/06/08/98205-vaksin-astrazeneca.jpg)
Penelitian menemukan bahwa respons imun berbeda sesuai dengan urutan vaksinasi.
Kombinasi AstraZeneca-Pfizer menginduksi antibodi dan respons sel T yang lebih tinggi daripada kombinasi Pfizer-AstraZeneca.
Kedua campuran vaksin ini juga menghasilkan lebih banyak antibodi daripada pemberian dua dosis standar AstraZeneca.
Baca Juga: Kemenkes Pastikan Sertifikat Vaksin Covid-19 Belum Jadi Syarat Administrasi
Dalam studi ini, para ahli melibatkan 830 orang berusia 50 tahun ke atas.