Riset ini juga memprediksikan bahwa jenis kecakapan lain, seperti di bidang cloud level atas, seperti machine learning, akan banyak dibutuhkan di sektor industri kesehatan, pertanian, fintech, media, bahkan hingga hiburan.
![Ilustrasi Cloud. [Freepik]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/01/13/48552-ilustrasi-cloud.jpg)
Perusahaan-perusahaan juga menyampaikan banyaknya manfaat yang mereka rasakan apabila mendukung penyelenggaraan program pelatihan peningkatan kapasitas SDM di lingkungan perusahaan.
Sebanyak 98 persen perusahaan yang disurvei merasakan adanya peningkatan produktivitas karyawan, 98 persen menyampaikan makin mudah dalam mengakselerasi tercapainya gol perusahaan, dan 98 persen merasakan adanya peningkatan dalam penghematan biaya.
Kemudian 91 persen lainnya melaporkan adanya peningkatan loyalitas karyawan, dan 96 persen perusahaan mengaku bahwa pendapatan perusahaannya meningkat.
Lebih lanjut, laporan itu juga memprediksi bahwa akan ada peningkatan 17,2 juta karyawan di Indonesia yang butuh mengikuti pelatihan digital untuk mendukung kinerja pada 2023.
Angka ini setara dengan 13 persen dari seluruh jumlah angkatan kerja di Indonesia.
Kendati demikian, hanya 36 persen perusahaan di Indonesia yang sudah siap menyelenggarakan pelatihan yang dibutuhkan.
Ini tentu akan berdampak pada daya saing perusahaan, terutama dengan tingkat produktivitas, inovasi, serta loyalitas karyawan di perusahaan-perusahaan tersebut.
Lim menilai, bertransisi menuju ke perekonomian digital-first menjadi kunci dalam upaya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19, sekaligus membangun fondasi perekonomian yang makin kuat di masa depan.
Baca Juga: Kembangkan Metaverse, Qualcomm Siapkan Rp 1,4 Triliun untuk

"Ini tentu perlu kolaborasi dan peran serta dari pemerintah bersama-sama dengan kalangan perusahaan, karyawan, penyelenggara pelatihan dalam turut mendukung terpenuhinya kebutuhan penyelenggaraan pelatihan digital yang terus meningkat saat ini," jelasnya.