Temuan kami juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Joao Silva dan Paulo Santos pada tahun 2021 yang menemukan health literacy yang lebih baik berkorelasi dengan perilaku pencegahan yang lebih baik.
Di Sulawesi Selatan, lebih sedikit masyarakat yang percaya pemerintah
Hasil survei kami menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat pada pemerintah memengaruhi persepsi mereka terkait risiko COVID-19 dan tingkat kepatuhan mereka terhadap protokol kesehatan.
Responden di Jakarta memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi kepada pemerintah dan persepsi negatif yang lebih rendah terhadap kebijakan pemerintah. Mereka percaya bahwa protokol kesehatan pemerintah bekerja efektif untuk menekan penyebaran COVID-19.
Sementara itu, responden di Sulawesi Selatan menunjukkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pusat. Ketika menggali lebih dalam, kami menemukan bahwa kepercayaan yang rendah tersebut dipicu oleh ketidakstabilan politik dan kompleksitas yang terjadi pada struktur pemerintahan daerah.
Studi yang dilakukan Haryanto pada tahun 2021 menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah di Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan, merupakan yang terendah dibandingkan di daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Hal tersebut cukup menjelaskan mengapa masyarakat di provinsi itu enggan mengikuti kebijakan pemerintah terkait langkah pencegahan penyebaran COVID-19 dan tidak pula melakukan banyak upaya untuk melindungi diri, meskipun mereka sadar akan risiko penularan.
Tantangan untuk pemerintah pusat
Pastinya bukan hal yang mudah semua pemerintah di seluruh dunia untuk memastikan warganya dapat menerapkan perilaku-perilaku baru secara sekaligus, dan untuk periode yang tidak pasti. Hal ini sangat bisa dimengerti. Memulai pola hidup baru tidak pernah mudah.
Baca Juga: Jawa Barat Jadi Penyumbang Kasus COVID-19 Harian Terbanyak Kedua di Indonesia
Apa yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa upaya komunikasi kesehatan masyarakat mungkin akan lebih efektif jika beralih dari yang tadinya hanya fokus pada risiko, kekhawatiran, dan bahaya yang dihadapi, menjadi lebih fokus ke pengalaman pribadi.
Umumnya, masyarakat cenderung menerapkan tindakan perlindungan diri berdasarkan cara berpikir mereka dan sejauh mana kemungkinan mereka terinfeksi. Persepsi terhadap risiko sangat terkait dengan keyakinan terhadap penyakit itu sendiri.
Ketika seseorang memiliki keyakinan terhadap suatu penyakit, mereka akan memikirkan penyebab, konsekuensi, tingkat keparahan penyakit itu, serta bagaimana penyakit itu dapat disembuhkan atau dikendalikan.
Terlepas semua itu, komunikasi kesehatan yang efektif sangat penting dalam hal kesehatan masyarakat selama pandemi. Pesan yang ideal adalah yang akurat, konsisten, dan berdasarkan bukti. Pesan tersebut harus dapat menjangkau sejumlah besar masyarakat yang memiliki kepercayaan pada sumber informasi guna mengubah perilaku mereka.
Tata kelola yang efektif dan konsisten di saat krisis juga sangat penting. Negara perlu memastikan bahwa kegiatan komunikasi dirancang untuk membangun kepercayaan sebagai tujuan utama.