Sampel tersebut telah dianalisis sejak pengirimannya ke Bumi pada Desember 2020.
Selain studi terbaru, penelitian terpisah yang diterbitkan di jurnal Nature Astronomy, juga mendeteksi materi tersebut dari Ryugu.
Dilansir dari Space.com, Rabu (17/8/2022), para ilmuwan di balik penelitian itu menggunakan jenis analisis isotop yang berbeda dan teknik yang disebut, pemindaian mikroskop sinar-X transmisi.
Tim ahli menemukan senyawa yang tidak dapat menahan suhu di atas 30 derajat Celcius.
Dikombinasikan dengan temuan lain, itu menunjukkan bahwa Ryugu terbentuk di tata surya luar dan bermigrasi.
![Gabungan foto yang menampilkan asteroid purba Ryugu ini disediakan oleh Pusat Antariksa Jerman (DLR) pada 12 Oktober 2018 dan dijepret oleh satelit Hayabusa2 milik Jepang pada 3 Oktober 2018. [JAXA/DLR/AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/02/23/81975-hayabusa2-ryugu-jepang-asteroid-purba.jpg)
Menurut para ahli dalam studi baru di Arizona State University, kesempatan untuk mengidentifikasi dan mempelajari debu purba ini di laboratorium, dapat membantu manusia memahami fenomena astrofisika yang membentuk tata surya, serta benda-benda kosmik lainnya.