Tercatat sebanyak 98 persen dari perusahaan dan pekerja yang disurvei memperkirakan akan menggunakan tools AI generatif dalam pekerjaannya selama lima tahun ke depan. 82 persen perusahaan menyoroti 'peningkatan inovasi dan kreativitas' sebagai manfaat utamanya, diikuti peningkatan kinerja (78 persen) dan mengotomatisasi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat repetitif (70 persen).
“AI generatif menawarkan peluang yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk mentransformasi bisnis di seluruh Indonesia, dan penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan AI sangat penting bagi tenaga kerja masa depan. Dari layanan keuangan hingga konstruksi dan ritel, berbagai industri mengadopsi AI dengan cepat," paparnya.
"Itulah sebabnya mengapa tenaga kerja yang berkecakapan AI sangat penting untuk menciptakan budaya inovasi dan meningkatkan produktivitas di Indonesia,” sambungnya lagi.
Tantangan AI di Indonesia
Penelitian ini juga mengungkap adanya kesenjangan keterampilan AI yang harus diatasi di Indonesia. Merekrut talenta yang memiliki keterampilan AI merupakan prioritas bagi 96 persen pengusaha di Indonesia.
Tetapi 69 persen di antaranya tidak dapat menemukan talenta AI yang mereka butuhkan.
Penelitian juga mengungkap adanya kesenjangan kesadaran pelatihan, di mana 67 persen dari pengusaha mengindikasikan bahwa mereka tidak tahu cara menjalankan program pelatihan AI untuk tenaga kerjanya.
Sementara itu 54 persen pekerja mengaku kekurangan pengetahuan tentang program pelatihan AI yang tersedia.
Maka dari itu, Emmanuel menilai adanya porsi kerja sama yang lebih besar antara pemerintah, industri, dan tenaga pendidik untuk membantu pengusaha di seluruh Indonesia untuk menerapkan program pelatihan AI.
"Serta membimbing pekerja dalam mencocokkan keterampilan AI yang mereka miliki dengan posisi yang tepat guna memaksimalkan kemampuan barunya," tandasnya.
Baca Juga: Nvidia GTC 2024 Segera Digelar, Bedah Keunggulan Teknologi AI