Terlebih dalam satu laser link tersebut bisa melewatkan trafik internet sampai 100Gbps.
Polemik lain yang timbul adalah kemungkinan pemanfaatan satelit untuk melakukan serangan fisik. Contohnya, Starlink bisa melakukan serangan ke IKN dengan cara merubah orbit satelit dan dijatuhkan ke infrastruktur kritis seperti gardu induk PLN atau kilang Pertamina.
Itu juga bisa termasuk menjatuhkan satelit ke pusat pemerintahan yang bisa menimbulkan banyak korban jiwa, bahkan bisa mengancam nyawa presiden serta jajaran menteri.
"Meskipun tidak memiliki hulu ledak seperti senjata roket jarak jauh, namun dampak yang ditimbulkan dengan jatuhnya satelit tetap akan menimbulkan kerusakan berarti karena satelit hanya berada di Low Earth Orbit sehingga masih akan ada sisa fisik satelit meskipun sebagian akan terbakar di atmosfer," paparnya.
Masalah ini pernah terjadi di tahun 2006, yang mana salah satu hacker terkenal yaitu Jim Geovedi berhasil melakukan peretasan dan merubah orbit satelit milik China dan Indonesia.
Starlink ancam bisnis lokal
Lebih lanjut Pratama menuturkan, sisi bisnis internet di Indonesia juga menjadi polemik. Saat ini harga langganan internet Starlink memang masih cukup mahal.
Namun, katanya, Starlink memiliki rencana bahwa dalam dua atau tiga tahun ke depan biaya berlangganan akan di bawah Rp 100 ribu.
"Bahkan ditambah dengan biaya pembelian perangkat yang murah atau bahkan gratis, tentu hal ini akan mematikan bisnis ISP yang ada di Indonesia karena kalah bersaing dari segi harga serta layanan yang diberikan," katanya.
Baca Juga: Cara Menggunakan WhatsApp Tanpa Kuota Internet
Oleh karena itu, Pratama menyarankan agar Pemerintah RI bisa memastikan bahwa Starlink akan mengikuti persyaratan-persyaratan yang diberikan sebelumnya.