Angka ini meningkat menjadi lebih dari 70 persen untuk para pengguna awal yang lebih skeptis tentang peran AI di masa depan.
Sekitar 37 persen dari AI hopefuls dan 27 persen dari AI fearful percaya bahwa mereka akan tetap memegang kendali penuh atas bagaimana AI digunakan dalam kehidupan mereka sendiri pada tahun 2030.
Lebih dari separuh dari AI hopefuls mengatakan bahwa mereka akan mencoba menggunakan AI sebanyak mungkin, dibandingkan dengan 26 persen dari AI fearful - yang menunjukkan kemungkinan terjadinya fragmentasi dalam pola penggunaan AI di masa depan.
Namun, hampir semua 95 persen responden, percaya bahwa setidaknya beberapa aspek dari sepuluh tren tersebut akan menjadi kenyataan.
Head of Ericsson Indonesia, Krishna Patil menyatakan, AI semakin populer dan manfaatnya semakin dirasakan di Indonesia.
Data dari ConsumerLab menunjukkan bahwa AI akan memainkan peran yang lebih besar di masa depan.
![Ilustrasi kecerdasan buatan. [Freepik]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/08/25/51931-ilustrasi-kecerdasan-buatan.jpg)
"Di Ericsson, kami telah mengadopsi AI di seluruh portofolio produk dan layanan untuk mempermudah perluasan 5G bagi para pelanggan," ujarnya dalam keterangan resminya, Selasa (18/6/2024).
Teknologi AI sangat penting untuk evolusi jaringan karena kebutuhannya semakin berkembang, khususnya di area-area penggunaan layanan baru yang membutuhkan kinerja selalu aktif, keandalan tinggi, latensi rendah, dan keamanan tinggi.
Laporan ini juga menandai kemungkinan AI kedepannya akan menjadi sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
Baca Juga: Fitur Apple Intelligence Ditunda, iPhone AI Baru Bisa Diakses pada 2025
Sebanyak 58 persen responden percaya bahwa inovator di tahun 2030-an adalah mereka yang berani mengabaikan saran AI.