6. Ancaman terhadap Privasi
AI memerlukan data dalam jumlah besar agar dapat bekerja dengan optimal. Tapi pengumpulan dan analisis data ini membuka celah besar terhadap privasi individu.
Kamera pengenal wajah, pelacakan lokasi, hingga rekaman percakapan—semuanya bisa digunakan untuk memantau individu tanpa persetujuan mereka.
Kasus pelanggaran privasi oleh perusahaan teknologi raksasa telah beberapa kali terjadi.
Tanpa regulasi yang ketat, masyarakat bisa kehilangan kontrol atas data pribadinya sendiri.
7. Ketimpangan Akses Teknologi
Kemajuan AI berpotensi menciptakan dunia yang semakin tidak merata. Negara maju dan perusahaan besar yang memiliki teknologi, data, dan infrastruktur canggih akan semakin unggul.
Sementara negara berkembang atau masyarakat miskin akan semakin tertinggal.
Jika tidak diatur dengan adil, kemajuan AI justru akan memperdalam ketimpangan global, baik dari sisi ekonomi, pendidikan, maupun kesejahteraan sosial.
Baca Juga: Hasto Gunakan AI untuk Pledoi di Sidang: Terobosan Hukum atau Ancaman Keadilan?
Waspada Bukan Berarti Anti Teknologi
Perkembangan kecerdasan buatan memang tidak bisa dihentikan. Namun, manusia perlu menyikapinya dengan hati-hati dan bijak.
Alih-alih menolak, kita perlu mengatur dan mengarahkan perkembangan AI agar tetap berpihak kepada kemanusiaan.
Pemerintah harus membuat regulasi yang melindungi hak masyarakat. Dunia pendidikan harus menyiapkan generasi baru yang mampu beradaptasi secara kritis terhadap teknologi.
Dan yang paling penting, kita sebagai individu harus tetap menjaga nilai-nilai kemanusiaan, empati, dan akal sehat dalam menghadapi era kecerdasan buatan.
Jadi, jika ditanya apakah manusia perlu khawatir terhadap AI, jawabannya adalah ya, tapi dengan kesiapan, bukan ketakutan.