Pemerintah Mau Digitalisasi MBG, Pede Bisa Cegah Stunting dan Sambut Bonus Demografi

Dicky Prastya Suara.Com
Rabu, 16 Juli 2025 | 22:19 WIB
Pemerintah Mau Digitalisasi MBG, Pede Bisa Cegah Stunting dan Sambut Bonus Demografi
Iklan promosi program Makan Bergizi Gratis. [X/fahrihamzah]

Suara.com - Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) meyakini kalau digitalisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi langkah krusial untuk menekan angka stunting sekaligus membekali Indonesia dalam menghadapi bonus demografi.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai bahwa pemanfaatan teknologi digital menjadi satu-satunya cara efektif untuk mengelola program berskala nasional yang menyasar hingga 82 juta anak pada akhir tahun 2025.

Nezar menerangkan, intervensi digital dalam Program MBG menjadi langkah strategis untuk memastikan efektivitas program, menjamin kualitas gizi, dan memperkuat kesiapan generasi Indonesia menyambut bonus demografi.

“Saya kira intervensi digital atau digitalisasi dalam proses pelaksanaan makan bergizi gratis ini, ini satu keniscayaan karena kita akan memberi makan kurang lebih 82 juta di akhir 2025 ini,” ungkapnya, dikutip dari siaran pers Komdigi, Rabu (18/7/2025).

Nezar mengungkapkan kalau keberhasilan Program MBG tidak bisa dilepaskan dari pengelolaan data secara digital mulai dari rantai pasok bahan makanan, pengawasan standar gizi, distribusi, hingga pelaporan.

Menurut dia, kesuksesan eksekusi program bergantung pada efisiensi sistem yang dibangun dari hulu ke hilir.

Wamenkomdigi Nezar Patria saat konferensi pers di Kantor Komdigi, Jakarta, Rabu (16/4/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]
Wamenkomdigi Nezar Patria saat konferensi pers di Kantor Komdigi, Jakarta, Rabu (16/4/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]

“Mungkin kelihatannya seperti cuma sekadar masak kemudian dibagikan. Tetapi sebenarnya untuk menyiapkan makanan tepat waktu, itu harus disiapkan dari hulu sampai hilir. Misalnya untuk menjamin supaya pasokan bahan makanan di dapur bisa datang tepat waktu, dan juga bisa memenuhi standar gizi yang ada, itu semua harus berdasarkan data,” paparnya.

Berkat sistem digital, Nezar menyebut kalau seluruh proses, termasuk harga bahan pokok, ketersediaan stok, kualitas makanan, dan waktu pengiriman dapat dipantau secara real-time. Ini bisa mengurangi potensi kesalahan, manipulasi, dan pemborosan anggaran.

“Kalau sistem komunikasi yang buruk, MBG ini banyak sekali kendalanya. Karena untuk mengoordinasikan ekosistem yang begitu luas dari hulu sampai ke hilir, rantai pasok makanan ke satu set dapur di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), itu melibatkan begitu banyak koordinasi. Dan ini hanya bisa dilakukan kalau akses digital tersedia bagi semua orang,” tutur dia.

Baca Juga: Istri Tersangka Judi Online Komdigi: Hidup Mewah tapi Buta Arah Sumber Uang

Nezar juga menegaskan bahwa MBG adalah investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Ia menyatakan, banyak negara sukses memanfaatkan program serupa untuk meningkatkan produktivitas dan kecerdasan anak-anak yang akan menjadi tenaga kerja unggul di masa depan.

“MBG ini itu nanti dampaknya adalah pada kesiapan labor forces kita, tenaga kerja kita, generasi kita dalam membangun satu ekosistem ekonomi yang kita tahu akan diwarnai oleh ekonomi digital juga nantinya,” imbuhnya.

Sebagai bagian dari strategi menuju Indonesia Emas 2045, tambah Nezar, digitalisasi MBG berperan dalam menciptakan keadilan akses dan pengawasan publik.

Dengan konektivitas yang kini menjangkau 97 persen wilayah berpenghuni, Nezar menilai kalau semua wilayah punya kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat dari program ini.

“Kalau ada komplain masyarakat tentang kualitas makanan yang buruk sampai di sekolah anak-anak, itu langsung mendapat perhatian. Sistem monitoringnya juga dibangun,” umbar dia.

Lebih lanjut Nezar menganggap kalau digitalisasi juga akan mencegah potensi manipulasi harga dan memastikan transparansi dalam proses pengadaan logistik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI