-
Musala Ponpes Al Khoziny runtuh menewaskan 52 orang dan melukai puluhan santri lainnya.
-
KH Abdus Salam Mujib dikritik karena pernyataannya soal takdir usai tragedi tersebut.
-
Muncul gerakan “Kami Bersama Kiai Al Khoziny” yang menuai dukungan dan penolakan publik.
Akun tersebut juga menarasikan bahwa Abdus Salam Mujib adalah sosok yang melayani para santri 24 jam.
"Raden Kiai Haji Abdussalam Mujib, pengasuh Ponpes Al-Khozini generasi ketiga, telah mendedikasikan hidupnya untuk umat, siang dan malam. 24 jam beliau habiskan untuk melayani, mengajar, mendidik santri dan masyarakat. Walaupun keadaan beliau kurang sehat, namun tak menjadi alasan untuk berhenti melangkah demi amanat sebagaimana leluhurnya. Saat ini nama beliau menjadi bahan olok-olokan para netizen yang mengatasnamakan kemanusiaan dan agama, tapi jauh dari nilai-nilai agama. Mengaku cerdas dan paling bijak, tapi jauh dari kata bijaksana, menghakimi tanpa empati," ungkap @aruel1526.
Akun lain dengan postingan 1 juta view berpendapat bila Kiai Al Khoziny adalah sosok yang paling terluka atas musibah runtuhnya musala.
"Bagi seorang pengasuh, para santrinya adalah separuh jiwanya jika bukan segalanya, baginya para muridnya itu adalah anak-anak ruh-nya, anak-anak yang hanya tidak terlahir dari rahim istrinya, baginya kebahagiaan mereka adalah kebahagiaannya, kenyamanan mereka adalah kenyamanannya, kesedihan mereka adalah kesedihannya, dan kesuksesan mereka adalah puncak cita-cita. Orang yang tidak pernah tau dunia pesantren mungkin tak akan faham kasih sayang unik dan tanpa batas itu, bagaimana para pengasuh justru lebih banyak meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk para santri. Karena itu ketika pertama kali kabar tentang rubuhnya Musholla Ponpes Al-Khoziny datang, selain ngilu memikirkan nasib puluhan santri yang terjebak di reruntuhan, saya juga tidak bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Kiai Abdussalam Mujib," ungkap @zainfakhril.
Gerakan 'Kami Bersama Kiai Al Khoziny' menuai pro dan kontra dari netizen.
"Puffft, 24 jam dari mana? Itu jama'ah aja buktinya nggak ikut," sindir @ro**o*ng.
"Sederhana tapi mending beli Mercy dibanding perkuat bangunan," komentar @ba*e*.
"Saya yakin, cita-cita beliau ingin menampung sebanyak mungkin santri untuk dididik dengan uang SPP yang begitu murah," bela @an**re**itam.
"Beliau gagal membangun masjid kokoh, tapi beliau berhasil dalam mendidik santri untuk memiliki iman yang kokoh," pendapat @m**ch*.
Baca Juga: Detik-detik Tim SAR Tenangkan Ayah Korban Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny