-
Sanae Takaichi menuai kritik karena slogan "kerja, kerja, kerja" dianggap menyinggung korban budaya kerja berlebihan di Jepang.
-
Ia menjadi sorotan publik setelah terpilih sebagai presiden Partai Demokrat Liberal.
-
Keluarga korban "Karoshi" menuntut Takaichi meminta maaf.
Dalam mendesak Takaichi untuk mencabut komentar "mengerikan" tersebut, publik mengkritiknya karena mencoba menggagalkan upaya pemerintah baru-baru ini untuk menciptakan lingkungan kerja sehat dan menghidupkan kembali mentalitas yang sudah ketinggalan zaman.
Sekelompok pengacara lokal dan perwakilan keluarga korban "Karoshi" di Jepang sekarang menuntut permintaan maaf Sanae Takaichi.
Keluarga yang ditinggalkan seorang mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi yang meninggal pada tahun 2014 dan kemudian diketahui sebagai korban kerja berlebihan menyatakan kemarahan dan menuntut permintaan maaf dari Takaichi.
"Kami sangat marah. Dia tidak mengerti perasaan orang-orang yang kehilangan anggota keluarga karena terlalu banyak bekerja. Dia seharusnya meminta maaf," kata keluarga dalam pernyataan terpisah.
Sebagai referensi, Karoshi muncul dari budaya kerja di Jepang yang sangat menghargai etos kerja tinggi, loyalitas terhadap perusahaan, dan jam kerja yang panjang.
Karoshi paling sering mengakibatkan kematian atau kecacatan akibat penyakit yang berhubungan dengan sistem peredaran darah, seperti serangan jantung, stroke, dan hipertensi kronis.
Kurang tidur, stres berat, dan kurangnya istirahat berkontribusi besar pada komplikasi ini.