-
Gus Miftah menilai santri ikut ngecor bukan bekerja (nguli), melainkan bentuk tabarrukan atau mencari berkah.
-
Fenomena santri ngecor memicu pro dan kontra publik setelah tragedi robohnya musala Ponpes Al Khoziny.
-
Menurut Gus Miftah, kerja bakti di pesantren adalah inisiatif santri, bukan kewajiban dari kiai.
Suara.com - Fenomena santri ikut 'ngecor' atau mengecor untuk membangun pondok pesantren baru-baru ini viral. Meski ramai memancing kritikan, Gus Miftah menilai bila aktivitas 'ngecor' tersebut sama seperti mencari berkah.
Ia juga menggarisbawahi bila fenomena tersebut wajar ditemukan di pondok pesantren.
Menurut penjelasan Gus Miftah, tradisi itu merupakan inisiatif para santri dan merupakan bagian dari 'mencari berkah'. Pernyataan ini memancing pro dan kontra netizen di X.
Perlu diketahui, tragedi runtuhnya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur pada pada Senin (28/9) sore menuai perhatian banyak pihak.
Menurut data BNPB awal Oktober, jumlah korban yang terdampak mencapai 171 jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat 104 korban selamat, 67 korban meninggal dunia termasuk 8 bagian tubuh.
Usai tragedi itu menuai sorotan, muncul pengakuan orang tua korban yang menyebut bahwa sang anak pernah diminta untuk ikut ngecor bangunan pondok pesantren.
Tak berselang lama, video santri yang 'ngecor' pada pondok pesantren lain turut viral.
Salah satu video memperlihatkan puluhan santri ikut mengecor bangunan yang cukup tinggi.
Publik terbelah menjadi dua kubu, antara pro dan kontra. Meski begitu, ratusan netizen di X nampak menyinyiri video viral itu.
Baca Juga: Viral Tagar Boikot Trans7 di Media Sosial Buntut Tayangan Sisi Gelap Kehidupan Santri
Gus Miftah sendiri meminta netizen yang tidak pernah 'mondok' (menimba ilmu di ponpes) ikut berkomentar dengan aktivitas tersebut.
Melalui acara Mujahadah Dzikrul Ghofilin di Ponpes Ora Aji, Sleman Yogyakarta pada Sabtu (11/10/2025), Gus Miftah menjelaskan bila Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran bukan tempat biasa.
Ponpes ini melahirkan tokoh besar bangsa, salah satunya KH Hasyim Asy'ari. Ia adalah pahlawan nasional dan pendiri organisasi massa Islam Nahdlatul Ulama (NU).
"La seperti pondok Al-Khoziny Buduran yang kemarin kena musibah. Dari pondok itu, kalian tahu alumninya siapa? Mbah Hasyim Asy'ari. Mana lagi? Mbah Kholil, Mbah Wahab. Saya itu malu ada ungkapan, Kyai naik Pajero, Bu Nyai naik Alphard, santrinya disuruh nguli. Itu bahasa yang nggak pernah mondok (menempa ilmu di pondok pesantren). Malu saya, ngarang saja itu," ungkap Gus Miftah.
Mantan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan ini menyayangkan pernyataan 'stop nguli di ponpes'.
Menurut Gus Miftah, fenomena ngecor di pondok adalah inisiatif santri sendiri.