Dalam sembilan tahun terakhir, program ini telah mencatat 193 kilatan tumbukan di Bulan, dengan beberapa di antaranya tampak sering muncul di wilayah Oceanus Procellarum, area luas yang diyakini memiliki aktivitas tektonik.
Namun, peneliti utama proyek, Alexios Liakos dari National Observatory of Athens, menilai bahwa pola tersebut bisa jadi hanya efek dari lokasi pengamatan.
“Studi terbaru kami pada 2024 menunjukkan bahwa sebenarnya meteoroid menghantam Bulan secara merata di seluruh permukaan,” tulis Liakos kepada Live Science (20/10/2025).
Tidak semua TLP berupa kilatan cepat. Beberapa laporan mencatat cahaya di Bulan yang bertahan selama beberapa menit hingga berjam-jam.
Penelitian yang diterbitkan pada 2008 dan 2009 di The Astrophysical Journal menemukan bahwa sebagian fenomena ini kemungkinan berasal dari gas radon yang keluar dari bawah permukaan Bulan.
Ketika terjadi “moonquake” atau gempa kecil di Bulan, gas radon yang terperangkap di bawah tanah dapat lepas secara tiba-tiba.
Gas ini bersifat radioaktif, dan saat meluruh, ia menghasilkan cahaya yang dapat terlihat dari Bumi. Daerah di mana cahaya tersebut pernah terlihat juga diketahui memiliki konsentrasi radon yang tinggi.
Ada pula teori lain yang menyebutkan bahwa angin matahari berperan dalam menciptakan cahaya TLP yang berlangsung lama.
Menurut studi tahun 2012, partikel bermuatan dari Matahari dapat mengionisasi debu di permukaan Bulan, membentuk awan partikel hingga 100 kilometer di atas permukaan.
Baca Juga: NASA Siapkan Opsi Nuklir untuk Cegah Asteroid Tabrak Bulan
Awan ini kemudian memantulkan cahaya bintang atau objek terang di sekitarnya, sehingga tampak seperti sinar yang keluar dari Bulan.
Meski begitu, tidak semua peneliti sepakat mengenai keberadaan TLP berdurasi panjang. Liakos, misalnya, mengaku skeptis.
“Satu-satunya peristiwa terang yang saya lihat berlangsung lama hanyalah satelit yang melintas di depan Bulan,” katanya.
Ia juga menyebut belum menemukan bukti kuat adanya cahaya alami yang bertahan selama berjam-jam di sisi malam Bulan sejak ia mulai mengamati pada 2017.
Namun, para ilmuwan tetap mendorong masyarakat untuk mencatat setiap kali melihat cahaya aneh di Bulan.
“Kadang itu hanya pantulan cahaya dari satelit, tapi bisa jadi juga sebuah TLP, pesan singkat dari Bulan tentang aktivitas yang belum kita pahami sepenuhnya,” ujar Liakos.