Cedera Ekor Hadrosaurus Ungkap Cara Bedakan Dinosaurus Jantan dan Betina

Agung Pratnyawan Suara.Com
Kamis, 06 November 2025 | 10:53 WIB
Cedera Ekor Hadrosaurus Ungkap Cara Bedakan Dinosaurus Jantan dan Betina
Ilustrasi fosil tulang dinosaurus. [shutterstock]

Suara.com - Para ilmuwan akhirnya menemukan petunjuk baru yang dapat membantu memecahkan salah satu misteri terbesar paleontologi: bagaimana membedakan dinosaurus jantan dan betina hanya melalui fosil.

Jawaban tersebut muncul dari penelitian terbaru terhadap kelompok dinosaurus herbivor bernama hadrosaurus, atau lebih dikenal sebagai dinosaurus berparuh bebek.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal iScience ini menyebutkan bahwa pola cedera yang berulang pada bagian ekor hadrosaur kemungkinan terjadi akibat proses kawin.

Jika hipotesis ini terbukti, maka cedera tersebut dapat menjadi indikator fosil milik betina sebuah terobosan yang selama ini dianggap hampir mustahil dicapai.

Mengutip dari CNN (4/11/2025), para paleontolog selama puluhan tahun menemukan bahwa banyak fosil hadrosaurus memperlihatkan bekas cedera pada tulang belakang di dekat pangkal ekor.

Cedera itu terlihat telah sembuh, namun bentuknya serupa: ujung tulang patah, miring, membengkak, atau bahkan hilang karena terserap kembali oleh tubuh hewan tersebut.

Yang membuatnya menarik, cedera itu muncul pada titik yang sama di berbagai spesimen berbeda, di lokasi berbeda, dan dari spesies hadrosaur yang berbeda pula.

Karena tidak ada jaringan lunak yang tersisa pada fosil dinosaurus, para ilmuwan selama ini kesulitan mempelajari organ reproduksi mereka. Perbedaan pada fosil sering kali dianggap sebagai variasi usia atau spesies, bukan perbedaan jenis kelamin.

Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Dr. Filippo Bertozzo dari Royal Belgian Institute of Natural Sciences menilai bahwa cedera itu kemungkinan besar terjadi selama proses kawin.

Baca Juga: Fosil Badak Purba Berusia 23 Juta Tahun Ditemukan di Arktik Kanada: Dulu Bukan Daerah Beku?

Hadrosaur jantan diduga menaiki tubuh betina yang berada dalam posisi miring atau berbaring pada sisi tubuhnya, lalu tanpa sengaja menekan bagian ekor sehingga menimbulkan patah berulang pada tulang belakang.

Contoh tulang belakang hadrosaurus dengan patahan yang telah sembuh (Filippo Bertozzo/iScience)
Contoh tulang belakang hadrosaurus dengan patahan yang telah sembuh (Filippo Bertozzo/iScience)

Menurut Bertozzo, mengutip dari CNN (4/11/2025), hipotesis kawin adalah satu-satunya penjelasan yang konsisten dengan temuan data dari ratusan spesimen serta hasil simulasi biomekanik.

Timnya menyebut bahwa aktivitas lain seperti perkelahian, cedera otot, digigit predator, atau kecelakaan saat berjalan tidak secara konsisten menghasilkan pola cedera yang sama.

Menariknya, cedera tersebut tidak fatal. Mayoritas fosil menunjukkan tanda-tanda penyembuhan, bahkan beberapa memperlihatkan bukti patah kedua setelah patah pertama sembuh.

Tanda-tanda cedera pada fosil hadrosaur sebenarnya sudah diamati sejak tahun 1980-an oleh paleontolog Kanada, Darren H. Tanke.

Ia menduga cedera itu berkaitan dengan perilaku kawin, namun data yang tersedia saat itu masih terbatas, dan teknologi simulasi biomekanik belum secanggih sekarang.

Bertozzo menemukan cedera serupa pada fosil hadrosaurus Olorotitan arharensis di Rusia pada 2019. Ia kemudian mengajak Tanke untuk memperluas penelitian. Hasil kolaborasi itu menghasilkan dataset terbesar yang pernah dibuat untuk penelitian cedera pada hadrosaur.

Secara keseluruhan, tim meneliti hampir 500 vertebra ekor dari berbagai museum di Amerika Utara, Eropa, dan Rusia. Hasilnya tetap sama: pola patahan terjadi secara konsisten di bagian tengah pangkal ekor.

Dr. Albert Prieto-Márquez dari Autonomous University of Barcelona menyebut pola cedera itu “sinyal biologis yang nyata,” tetapi ia menekankan pentingnya bukti tambahan.

Untuk memastikan cedera itu adalah penanda betina, ilmuwan harus menemukan pola yang sama pada fosil yang secara jelas diketahui berjenis kelamin betina misalnya fosil yang menyimpan telur atau jaringan medullary bone, yakni jaringan sementara yang muncul pada hewan betina menjelang bertelur.

Jaringan medullary pernah ditemukan pada seekor Tyrannosaurus rex betina pada 2016, namun temuan seperti itu sangat langka.

Ahli lain, Steve Brusatte dari University of Edinburgh, menilai penelitian ini sangat kuat namun tetap menyisakan tingkat ketidakpastian.

Kita tidak hidup di zaman dinosaurus, jadi selalu ada batas dalam menafsirkan perilaku mereka dari fosil,” ujarnya mengutip CNN (4/11/2025).

Jika penelitian ini terbukti, dampaknya dapat sangat besar bagi dunia paleontologi.

Ilmuwan dapat: membedakan fosil hadrosaurus jantan dan betina, menguji apakah bentuk jambul atau hiasan kepala hadrosaur berbeda berdasarkan jenis kelamin, dan mengevaluasi ulang beberapa spesies yang mungkin sebenarnya variasi dari jenis kelamin berbeda.

Tim peneliti juga berencana memperluas studi ke fosil dari Tiongkok dan Amerika Selatan, serta menggunakan simulasi komputer lebih canggih untuk memodelkan pergerakan ekor dan volume otot.

Bertozzo pun penasaran apakah pola serupa muncul pada kelompok dinosaurus lain, seperti sauropoda berleher panjang. Ia mengakui terkejut karena leluhur hadrosaur, yakni iguanodon, tidak menunjukkan cedera serupa meskipun fosilnya sangat banyak.

Sementara penelitian ini masih berada pada tahap awal, banyak ilmuwan menilai bahwa ia telah membuka jendela baru untuk memahami perilaku dinosaurus yang selama ini dianggap hilang selamanya.

Dr. Yoshitsugu Kobayashi dari Hokkaido University Museum menyebut penelitian ini sebagai salah satu yang paling imajinatif dalam paleobiologi modern. Ia mengatakan bahwa temuan ini membuktikan bahwa tulang bisa menyimpan “jejak kehidupan pribadi” makhluk purba tersebut.

Cedera yang mereka bawa dalam hidup dapat menjadi cerita tentang momen-momen paling intim dari kehidupan dinosaurus,” tulis Kobayashi dalam komentarnya, mengutip dari CNN (4/11/2025).

Secara harfiah, kisah cinta dinosaurus tercatat dalam tulang mereka,” pungkasnya.

Kontributor : Gradciano Madomi Jawa

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI