- CEO Nvidia Jensen Huang memperingatkan bahwa China hampir menyamai AS dalam pengembangan AI dan bisa mendominasi jika AS terus memperlambat inovasinya.
- Ia menilai regulasi berlebihan dan larangan ekspor chip AI justru melemahkan daya saing AS dan mendorong China mempercepat pengembangan teknologinya.
- Huang menegaskan AS harus fokus mempercepat inovasi, bukan membatasi, agar tetap unggul dalam persaingan AI global
Ia juga menyoroti regulasi AI tingkat negara bagian dan biaya energi yang tinggi sebagai faktor-faktor yang menghambat inovasi di AS.

"Sinisme dan regulasi yang berlebihan mempersulit perusahaan-perusahaan Amerika untuk bergerak cepat," ujarnya.
Setelah pernyataannya dilaporkan, saham Nvidia sempat merosot, mendorong Jensen Huang untuk mengklarifikasi bahwa ia tidak memprediksi kekalahan AS.
Sebaliknya, ia menekankan bahwa AS harus bertindak lebih cepat untuk mempertahankan keunggulannya.
Nvidia tetap menjadi perusahaan paling berharga di dunia, dengan valuasi sekitar 4,7 triliun Dolar AS, bahkan setelah penurunan baru-baru ini dari pencapaian 5 triliun Dolar AS.
Komentar Huang muncul di tengah meningkatnya ketegangan AS-China terkait teknologi dan perdagangan.
Sementara Washington berfokus pada pembatasan akses China ke perangkat keras AI mutakhir, Beijing justru mendorong inovasi domestik.
"Kami ingin Amerika menang, tapi menang berarti membangun lebih cepat, bukan membangun tembok," jelas Jensen Huang.
Baca Juga: Perang Dagang Makin Panas! Amerika Serikat Resmi Larang Chip Nvidia ke China