Kunci penting penelitian ini adalah bahwa rahang besar Neanderthal bukan hasil mutasi acak semata, melainkan bagian dari adaptasi genetik terhadap lingkungan yang lebih keras di zaman es.
Rahang yang kuat membantu mereka mengunyah makanan keras seperti daging mentah atau akar tumbuhan yang sulit dikunyah, sementara hidung besar membantu menghangatkan udara dingin sebelum masuk ke paru-paru.
Penelitian ini juga menyoroti betapa perbedaan kecil dalam DNA dapat menghasilkan perubahan besar pada anatomi dan evolusi manusia.
Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Long, memahami perubahan kecil ini bisa membantu kita melacak bagaimana manusia modern berevolusi dari nenek moyang purbanya.
“Ini bukan hanya soal Neanderthal, tapi juga tentang memahami bagaimana variasi kecil dalam DNA kita membentuk siapa kita hari ini,” tambahnya.
Menariknya, banyak manusia modern ternyata masih menyimpan sebagian kecil DNA Neanderthal akibat perkawinan silang yang terjadi sekitar 50.000 tahun lalu. Artinya, sebagian dari kita mungkin membawa sedikit warisan dari gen SOX9 versi Neanderthal di tubuh kita.
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa