Dari Bumi hingga Orbit: Terungkap Badai Keamanan Siber Mengintai Sektor Telekomunikasi di 2025-2026

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 25 Desember 2025 | 09:34 WIB
Dari Bumi hingga Orbit: Terungkap Badai Keamanan Siber Mengintai Sektor Telekomunikasi di 2025-2026
Ilustrasi industri telekomunikasi (Shutterstock).
Baca 10 detik
  • Laporan Kaspersky memprediksi 2025-2026 akan menantang bagi operator telekomunikasi akibat ancaman siber canggih.
  • Data menunjukkan hampir sepuluh persen organisasi telekomunikasi telah menjadi korban serangan ransomware baru-baru ini.
  • Implementasi AI, PQC, dan konektivitas satelit menjadi titik rawan keamanan baru yang memerlukan mitigasi sejak awal.

Suara.com - Sektor telekomunikasi global kini berada di persimpangan jalan yang krusial.

Di tengah masifnya adopsi teknologi mutakhir, bayang-bayang ancaman siber yang semakin canggih justru mengintai dari balik layar.

Laporan terbaru dari Buletin Keamanan Kaspersky mengungkapkan bahwa tahun 2025 hingga 2026 akan menjadi periode yang penuh tantangan bagi para operator seluler.

Tak hanya harus berhadapan dengan "musuh lama" seperti serangan DDoS dan ransomware, industri ini kini mulai dihantui risiko operasional dari kecerdasan buatan (AI) hingga konektivitas satelit.

Ransomware dan APT: Ancaman yang Kian Nyata

Data Kaspersky Security Network menunjukkan statistik yang mengkhawatirkan sepanjang periode November 2024 hingga Oktober 2025.

Tercatat, sekitar 12,79 persen pengguna di sektor telekomunikasi terpapar ancaman online, sementara 20,76 persen lainnya menghadapi ancaman langsung pada perangkat mereka.

Hal yang lebih mengejutkan, hampir 10 persen (tepatnya 9,86 persen) organisasi telekomunikasi di seluruh dunia telah menjadi korban serangan ransomware dalam satu tahun terakhir.

Ilustrasi Ransomware. [Pixabay]
Ilustrasi Ransomware. [Pixabay]

Aktivitas Advanced Persistent Threats (APT) juga terus mengincar celah tersembunyi untuk melakukan spionase jangka panjang melalui posisi jaringan yang istimewa.

Baca Juga: TelkomGroup Percepat Pemulihan Jaringan Pascabanjir Aceh, Teknisi Tembus Lumpur Demi Jaga Jaringan

Transisi Teknologi: Peluang Sekaligus Jebakan?

Memasuki tahun 2026, Kaspersky menyoroti adanya pergeseran dari pengembangan teknologi menuju implementasi skala luas.

Sayangnya, kecepatan adopsi ini sering kali tidak dibarengi dengan kontrol keamanan yang kuat. Ada tiga area utama yang menjadi titik rawan baru:

  • Manajemen Jaringan Berbasis AI: Otomatisasi yang bertujuan mempermudah kerja manusia justru berisiko memperkuat kesalahan konfigurasi jika data yang digunakan menyesatkan.
  • Kriptografi Pasca-Kuantum (PQC): Upaya terburu-buru dalam mengadopsi pendekatan hibrida pasca-kuantum diprediksi akan memicu masalah interoperabilitas dan gangguan kinerja sistem.
  • Integrasi 5G ke Satelit (NTN): Perluasan jangkauan layanan melalui jaringan non-terestrial (satelit) membuka pintu masuk baru bagi peretas untuk mengeksploitasi titik integrasi mitra.

Pandangan Pakar: Keamanan Harus Dibangun Sejak Hari Pertama

Menanggapi situasi ini, Leonid Bezvershenko, peneliti keamanan senior di Kaspersky GReAT, menekankan bahwa metode serangan konvensional tidak akan hilang, melainkan justru berkolaborasi dengan teknologi baru.

“Ancaman yang mendominasi tahun 2025—kampanye APT, serangan rantai pasokan, hingga serangan DDoS—tidak akan hilang begitu saja,” ujar Leonid dalam keterangan resminya, Kamis (25/12/2025).

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI