Ali adalah petarung yang tak diunggulkan dalam duel yang digelar di negara Afrika yang sekarang dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo. Foreman ketika itu adalah juara kelas berat yang belum terkalahkan.
Sepanjang pertandingan Foreman menghantam tubuh Ali, tetapi Ali bisa menahan semua pukulan. Foreman yang ketika itu berusia 24, delapan tahun lebih muda dari lawannya, sukar mendaratkan pukulan ke wajah Ali.
Sementara Ali di sisi lain menggunakan strategi "rope a dope", menghabiskan banyak waktu di tali ring, menyimpan tenaga, menunggu ketika Foreman sudah kelelahan.
Dan saat yang dinanti-nanti Ali tiba di ronde delapan. Sempat terpojok di sudut ring, Ali dengan membalikan keadaan, melepaskan serangkaian pukulan keras ke kepala Foreman, yang memaksa anak muda itu terkapar di atas kanvas. Ali keluar sebagai pemenang.
"(Saat itu) Anda bisa mendengar wasit berhitung... pada hitungan ke 10, seluruh hidup saya hancur," kenang Foreman beberapa tahun kemudian.
Sugar Ray Leonard vs Thomas Hearns (Las Vegas, 1981)
Ini adalah laga antara dua petinju paling hebat pada masanya. Ketika itu Hearns sudah unggul angka, sementara Leonard tahu ia harus memukul jatuh lawannya agar menang.
Di ronde 14, Leonard melancarkan sederet pukulan ke tubuh dan kepala Hearns, yang tak mampu membalas, dan memaksa wasit untuk menghentikan pertarungan. Leonard keluar sebagai pemenang.
Delapan tahun kemudian, keduanya kembali bertarung, dan laga berakhir imbang. Leonard belakangan mengakui bahwa Hearns seharusnya keluar sebagai pemenang di laga kedua itu.
"Setiap pukulan dia layangkan kepada saya, di badan maupun kepala, terasa seperti batu. Ia merontokkan gigi saya... karena dia kerasukan. Ia adalah setan," kata Leonard soal Hearns.
Marvin Hagler vs Thomas Hearns (Las Vegas, 1985)
Ini adalah laga singkat tetapi mengesankan antara dua petinju kelas menengah. Pertarungan mereka hanya berlangsung selama tiga ronde, tetapi adalah delapan menit yang berlangsung brutal dan sengit di dua ronde pertama yang membuat duel itu dikenang.
Dari ronde pertama, nyaris tak ada waktu bagi kedua petinju untuk menarik nafas. Hagler melancarkan pukulan demi pukulan, mengikuti kemana saja Hearns melangkah. Hingga di ronde ketiga, Hearns tak lagi bisa meladeni lawannya dan jatuh mencium kanvas akibat pukulan keras tangan kanan Hagler.