Suara.com - Jangan buru-buru senang jika kamu mengalami penurunan berat badan dalam waktu singkat. Pasalnya, penurunan berat badan bisa jadi bukan karena lemak yang terbuang, melainkan massa otot, tulang atau cairan dalam tubuh.
Ahli gizi dari Universitas Indonesia, Rita Ramayulis, mengatakan hal ini terjadi jika seseorang menjalani diet ketat yang tak sehat.
"Jadi jangan langsung bahagia ketika diet ketat, dan berat badan turun drastis. Itu belum tentu sehat. Kalau diet yang sehat itu lemaknya yang terbuang," ujar dia dalam talkshow yang dihelat Gramedia di Neo Soho Mall Jakarta, Kamis (6/7/2017).
Diet yang benar dan sehat, kata dia, seharusnya dilakukan dengan tetap mengonsumsi makanan. Namun, pilih yang kalorinya rendah dan tinggi serat, mineral serta vitamin. Seseorang juga harus melakukan aktivitas fisik yang meningkatkan massa otot sebagai mesin pembakar lemak tubuh.
"Jadi kalau dietnya asal-asalan, misalnya nggak makan, terus nggak olahraga, itu lemak nggak akan terbakar," imbuhnya.
Rita pun memperkenalkan diet sehat rendah energi, seimbang dan teratur (REST). Salah satu prasyarat dalam menjalani diet ini, seseorang harus memotong konsumsi karbohidrat dalam sehari, namun bukan dihilangkan.
"Jadi bukan berarti nggak boleh makan karbohidrat, hanya porsinya dikurangi. Pakai ukuran tangan untuk menentukan porsi, kalau karbo cukup satu kepalan tangan kanan," papar dia.
Porsi lauk pauk hanya boleh satu telapak tangan dengan porsi sayur dua genggam tangan. Sayur harus lebih banyak dibandingkan lauk pauk, dan karbohidrat karena berfungsi sebagai penetralisir.
"Makanan yang berminyak sebaiknya dibatasi. Kalau pakai ukuran tangan hanya boleh sejari jempol. Artinya kalau ruas jarinya empat, berarti yang digoreng hanya boleh empat kali dalam sehari," ungkapnya.
Jika buah selama ini diidentikkan dengan makanan sehat, Rita mengimbau, sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan. Pasalnya, buah tergolong karbohidrat sederhana karena kandungan gula di dalamnya.
"Buah porsinya satu genggaman tangan kiri sekali konsumsi. Pilih buah yang mengandung vitamin C, karena bisa melawan radikal bebas dari residu makanan yang kita konsumsi," ujarnya.
Keunggulan diet REST ini, sambungnya, pelaku diet tak memiliki pantangan dalam pola makannya. Hal yang harus diperhatikan hanya bagaimana memadu madankan makanan sehingga efeknya positif bagi tubuh.
"Boleh makan apa saja asal padu padannya tepat. Karena sebenarnya makanan tidak ada yang jelek. Hanya akan berakibat negatif kalau tidak tepat mengombinasikannya," tandasnya.