Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA

Husna Rahmayunita Suara.Com
Selasa, 07 Oktober 2025 | 14:12 WIB
Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
Prof. Sulfikar Amir, pengajar Nanyang Technological University (NTU) Singapura. (tangkap layar Youtube)

Suara.com - Nama Prof. Sulfikar Amir belakangan menjadi sorotan publik setelah komentarnya terkait latar belakang pendidikan Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, ramai diperbincangkan.

Akademisi yang mengajar di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, ini mempertanyakan kesesuaian jenjang pendidikan yang ditempuh Gibran dengan standar sistem pendidikan di Negeri Singa.

Simak profil dosen kampus Singapura yang sebut ijazah Gibran setara SMA kelas 1 di akhir artikel ini. 

Profil Prof. Sulfikar Amir

Sulfikar Amir, Ph.D., adalah akademisi asal Indonesia yang kini berkarier di Singapura. Ia menempuh pendidikan sarjana di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Arsitektur, lalu melanjutkan studi magister di National University of Singapore (NUS). Gelar doktor diraihnya di Rensselaer Polytechnic Institute (RPI), New York, Amerika Serikat, dengan fokus pada kajian Science and Technology Studies (STS).

Saat ini, Sulfikar menjabat sebagai Associate Professor di School of Social Sciences NTU. Ia mengajar bidang sosiologi, terutama science, technology, and society, urban studies, serta kajian bencana.

Profil Dosen Kampus Singapura yang Sebut Ijazah Gibran Setara SMA Kelas 1 
Profil Dosen Kampus Singapura yang Sebut Ijazah Gibran Setara SMA Kelas 1 

Risetnya berfokus pada hubungan antara teknologi, infrastruktur, dan masyarakat, termasuk isu resiliensi kota terhadap bencana, serta politik energi dan nuklir di Indonesia.

Selain menulis buku akademis berjudul The Technological State in Indonesia: The Co-constitution of High Technology and Authoritarian Politics (2012), Sulfikar juga pernah membuat dokumenter Healing Fukushima (2016) yang ditayangkan Al Jazeera.

Kuliti Ijazah Gibran 

Baca Juga: Geger Sidang Ijazah Gibran: Tuntutan Rp125 T Bisa Dihapus, Syarat Minta Maaf dan Mundur dari Wapres

Isu soal ijazah Gibran memang bukan hal baru. Sejak Gibran maju sebagai calon wakil presiden dalam Pemilu 2024, dokumen pendidikan putra sulung Presiden Joko Widodo itu sempat menuai tanda tanya.

Kini, keraguan publik kembali mencuat seiring masuknya Gibran ke jajaran eksekutif. Salah satu tokoh yang membicarakannya adalah Prof. Sulfikar Amir, pengajar di NTU, Singapura.

Dalam siniar Abraham Samad Speak Up di YouTube, pada 2 Oktober 2025, Sulfikar menjelaskan secara rinci sistem pendidikan Singapura. Menurutnya, negeri tersebut menganut sistem pendidikan bergaya British.

Tahapannya dimulai dari Primary School selama enam tahun, yang setara dengan sekolah dasar di Indonesia. Setelah itu, siswa melanjutkan ke Secondary School selama empat tahun. Lulusan secondary kemudian wajib mengikuti ujian O- Level.

Bagi siswa dengan nilai O-Level tinggi, jalur yang terbuka adalah Junior College (JC) atau A Level, yang setara dengan jenjang SMA di Indonesia. Sementara itu, siswa dengan nilai yang lebih rendah biasanya diarahkan ke politeknik selama tiga tahun, sebelum memilih langsung bekerja atau melanjutkan ke universitas.

Menurut Sulfikar, jika disetarakan dengan sistem Indonesia, primary school setara dengan SD, secondary school setara dengan SMP ditambah kelas 1 SMA, sementara jenjang yang benar-benar setara dengan SMA adalah A Level atau Junior College. Ia juga menambahkan bahwa politeknik di Singapura memiliki kesetaraan dengan sekolah menengah kejuruan (SMK).

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI