Suara.com - PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) menyiapkan Capital Expenditure atau belanja modal senilai Rp4,161 triliun pada 2016. PIEP adalah anak usaha Pertamina di luar negeri.
"Kami siapkan sebanyak Rp300 juta dolar AS, atau sekitar Rp4.161 triliun untuk 'Capex' di tiga blok sumur minyak di luar negeri," kata President Director PIEP Slamet Riadhy usai jumpa pers di Gedung Pertamina Pusat, Jakarta, Selasa (22/12/2015).
Ketiga blok tersebut berada di Malaysia, Irak dan Algeria. Rinciannya, 80 juta dolar AS untuk blok di Algeria, 200 juta dolar AS di Malaysia, dan sisanya akan digunakan keperluan operasional di Irak. PEIP juga menargetkan produksi sebanyak 104.000 barel oil equivalen per day (boepd) pada tahun 2016.
"Meski harga minyak menurun, kami tetap menargetkan tinggi produksi di tahun depan," katanya.
Pada 2015, PIEP menargetkan sebanyak 94.000 BOEPD. Namun realisasi justru meningkat pada produksi 2015 hingga November sebanyak, 113,4 ribu BOEPD.
"Pencapaian ini berkat kerja sama dengan pemerintah terkait dari sumur minyak di luar negeri seperti Malaysia, Irak, dan Algeria. Kami ucapkan terima kasih," katanya.
PIEP mmengolah minyak yang ada di luar negeri. Di antaranya berada di blok Malaysia, Irak dan Algeria. Dari ketiga negara tersebut pada 2015 didapat minyak sebanyak 80 ribu BOEPD. Sedangkan gas sebanyak 112 ribu MMCFGD dari Algeria, dan 96 ribu MMCFGD di Malaysia.
Sedangkan produksi total dari ketiga blok tersebut adalah sebanyak 113.4 KBOEPD campuran antara minyak dan gas.
Sementara itu, Pertamina sendiri menargetkan laba bersih pada 2016 mencapai Rp22,5 triliun atau setara dengan 1,61 miliar dolar AS. Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan tahun depan, tekanan masih akan berlanjut dengan harga minyak yang diprediksi relatif rendah dan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar. Meski demikian, Pertamina akan berupaya meraih yang terbaik di segala lini bisnis.
Menurut Dwi Soetjipto, peningkatan kinerja operasional dan efisiensi di segala lini sebagai bagian dari 5 pilar strategi prioritas akan tetap menjadi tema sentral untuk mengatasi situasi yang belum terlalu menggembirakan itu. (Antara)