2015: Sektor Perikanan Dominan Pencegahan, Tapi...

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 25 Desember 2015 | 18:41 WIB
2015: Sektor Perikanan Dominan Pencegahan, Tapi...
Nelayan menata ikan asin di kampung nelayan Muara Angke, Jakarta, Senin (3/8). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepanjang tahun 2015, sektor perikanan yang digawangi oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan lebih dominan melakukan peledakan kapal pelaku illegal fishing sebagai bentuk pencegahan, namun ternyata program tersebut belum berkorelasi positif terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan. KKP hingga oktober 2015 telah menenggelamkan 54 kapal pelaku penangkapan ikan ilegal, sedangkan TNI AL sebanyak 49 kapal, jumlah total 91 buah kapal.

“Peledakan kapal asing illegal memang telah mampu membuat aktivitas illegal fishing menurun, namun dampak dari kebijakan tersebut secara faktual belum mampu memberikan peningkatan kesejahteraan nelayan, khususnya skala kecil dan tradisional. Mengingat disaat yang bersamaan, KKP mengeluarkan Permen Nomor 2 Tahun 2015 yang mengatur alat tangkap, yang secara simultan ironisnya solusi alternatif alat tangkap penggantinya belum ada hingga saat ini,” kata Rofi Munawar dalam keterangan persnya, Jumat (25/12/2015).

Badan Pusat Statistik mencatat Nilai Tukar Nelayan Jawa Timur bulan November 2015 turun sebesar 0,74 persen dari 107,82 pada bulan Oktober 2015 menjadi 107,01 pada bulan November 2015. Penurunan NTN ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan mengalami penurunan sebesar 0,60 persen sementara indeks harga yang dibayar nelayan mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen.

“NTN ini menjadi salah satu indikator dalam mengukur perbaikan kesejahteraan nelayan, pada umumnya mengalami penurunan. Aspek pencegahan yang massif, tidak diimbangi dengan perbaikan alat produksi nelayan dan efisiensi tata niaga ikan di tingkat konsumen. Hal ini menyebabkan harga ikan yang tinggi ditingkat konsumen, namun pembelian yang rendah ditingkat nelayan,” kata Rofi’.

Legislator dari daerah pemilihan Jawa Timur VII ini menjelaskan secara umum NTN yang rendah dapat disimpulkan sebagai hal yang tidak merangsang pertumbuhan produksi hasil tangkapan dan memberi peluang terhadap berpindahnya beberapa sumber daya sektor perikanan ke sektor lain. Bila hal ini terjadi, maka sumbangan (share) sector perikanan dan kelautan yang masih relatif kecil terhadap Produk Domestik Regional Bruto akan sulit untuk ditingkatkan.

“Upaya untuk meningkatkan pendapatan nelayan diantaranya melalui perbaikan teknologi penangkapan, penyediaan modal berbunga rendah, serta peningkatan SDM nelayan. Sedangkan untuk mengefisienkan biaya melalui pemberian insentif dalam operasional, subsidi alat tangkap, pengadaan stasiun BBM di dekat lokasi PPI/TPI dengan harga subsidi,” katanya.

Selain itu, kebijakan industri pengolahan hasil perikanan nasional belum serius didorong oleh KKP. Mengingat industri pengolahan hasil perikanan di Indonesia memiliki banyak peluang dan cukup kompetitif. Bergeraknya industri pengolahan ikan nasional dipastikan akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan, sumber devisa negara, mendorong penerapan teknologi tepat guna, memotivasi pengusaha untuk menerapkan standar terbaik kualitas, menjaga kelestarian ekosistem laut, serta berperan dalam pemerataan dan pendistribusian hasil produksi perikanan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI