Kenalkan Skema Bagi Hasil, Hacktiv8 Permudah Upgrade Skill Pendidikan IT

Senin, 30 November 2020 | 15:27 WIB
Kenalkan Skema Bagi Hasil, Hacktiv8 Permudah Upgrade Skill Pendidikan IT
Proses pembelajaran di Hacktiv8.[Dokumentasi Hacktiv8]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) menyatakan bahwa kemahiran teknologi termasuk teknologi informasi merupakan skill terpenting yang harus dimiliki tenaga kerja saat ini.

Hal itu juga didukung riset LinkedIn yang menemukan bahwa 6 dari 10 skill yang paling dibutuhkan perusahaan berada pada sektor teknologi informasi, seperti: blockchain, cloud computing, analisa data, pengembangan kecerdasan buatan, desain UX/UI, dan scientific computing.

Pandangan itu sejalan dengan Hacktiv8, sebuah coding bootcamp pertama di Indonesia di mana mereka melihat saat ini ada banyak kebutuhan perusahaan terhadap tenaga kerja di sektor IT.

Tapi sayangnya ketersediaan SDM di bidang tersebut masih belum bisa terpenuhi secara maksimal. Padahal di lain sisi, minat pelajar untuk menggeluti bidang teknologi informasi di Indonesia sebetulnya sangat tinggi. Tapi kesempatan untuk mengasah kemampuan dan meniti karir di bidang IT seringkali terhambat tingginya biaya pelatihan dan pendidikan.

Proses pembelajaran di Hacktiv8.[Dokumentasi Hacktiv8]
Proses pembelajaran di Hacktiv8.[Dokumentasi Hacktiv8]

Hal inilah yang mendorong Hacktiv8 sebagai coding bootcamp pertama di Indonesia untuk mengenalkan sistem Income Share Agreement (ISA) atau Skema Bagi Hasil.

"Indonesia adalah salah satu ekosistem teknologi dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Kami melihat banyaknya permintaan untuk posisi developer (pengembang teknologi), namun kurangnya sarana pendidikan di bidang teknologi informasi. Program Income Share Agreement dari Hacktiv8 mempermudah mereka untuk mendapatkan pendidikan IT intensif hingga siap-kerja, tanpa perlu membayar biaya di muka," ungkap Ronald Ishak, CEO dari Hacktiv8.

Salah satu alumni yang bergabung di Hacktiv8 dengan menggunakan Income Share Agreement adalah Ahmad Waluyo. Sebelum pandemi, ia telah berganti-ganti pekerjaan sebagai staf gudang, staf di studio foto, pramusaji di restoran, hingga pengemudi ojek online. Namun, setelah menempuh program bootcamp di Hacktiv8 selama pandemi, kini ia berhasil menjadi full-stack engineer di salah satu perusahaan swasta.

"Melihat persaingan dunia kerja yang sudah semakin berat, saya merasa harus meningkatkan kapasitas diri agar tidak kalah bersaing. Akhirnya saya memberanikan diri resign dari pekerjaan dengan modal satu bulan gaji. Saya memilih menempuh program ISA di bootcamp Hacktiv8 karena saya bisa belajar dulu sampai mendapatkan pekerjaan di bidang IT, tanpa perlu bayar apa-apa," ungkap Waluyo.

Cerita Ahmad menunjukkan bahwa program ISA merupakan salah satu bentuk investasi bagi siapa pun yang menaruh minat untuk bekerja di bidang IT, serta sebagai katalis bagi talenta Indonesia yang terhambat isu finansial saat ingin meraih karier impian.

Baca Juga: Sematkan Teknologi 5G, Huawei Aliansi dengan 18 Produsen Mobil

Skema Hacktiv8 ini secara efektif merespons kebutuhan di dua sisi mata uang, yaitu memenuhi kebutuhan perusahaan terhadap tenaga IT berkualitas hanya dalam waktu empat bulan; serta mempermudah masyarakat Indonesia untuk meraih pendidikan teknologi dan informatika tanpa terhalang beban biaya yang berat. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI