Sri Mulyani "Nyentil" DPR: Tepuk Tangan Loyo Meski Ekonomi Tumbuh, Belum Makan Siang Ya, Pak?

Selasa, 01 Juli 2025 | 15:19 WIB
Sri Mulyani "Nyentil" DPR: Tepuk Tangan Loyo Meski Ekonomi Tumbuh, Belum Makan Siang Ya, Pak?
Suasana Rapat Paripurna DPR RI ke-21 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025), sempat diwarnai kelakar jenaka dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Suara.com - Suasana Rapat Paripurna DPR RI ke-21 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025), sempat diwarnai kelakar jenaka dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Saat menyampaikan tanggapan pemerintah terhadap pandangan fraksi-fraksi atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) tahun 2026, Sri Mulyani tiba-tiba "nyentil" anggota DPR.

Pasalnya, tepuk tangan para wakil rakyat terdengar kurang membahana, padahal data ekonomi di kuartal I-2025 menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan. "Belum makan siang ya, Pak?" gurau Sri Mulyani yang akrab disapa Ani, disambut senyum tipis di ruang rapat.

Dalam paparannya, Sri Mulyani menjelaskan bahwa KEM-PPKF 2026 dirancang sebagai "jurus pamungkas" untuk meredam gejolak global sekaligus mengakselerasi transformasi struktural Indonesia. Kebijakan fiskal ini diarahkan pada delapan agenda prioritas Presiden Prabowo Subianto, yang mencakup, Ketahanan pangan, Ketahanan energi, Makan bergizi gratis (MBG), Mewujudkan pendidikan bermutu, Kesehatan yang berkualitas, Pemberdayaan desa, koperasi, dan UMKM, Pertahanan semesta dan Akselerasi investasi dan perdagangan global.

Di sisi lain, Sri Mulyani juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap perkembangan perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian. Situasi ini, menurutnya, turut berimbas pada kondisi perekonomian dalam negeri.

Meskipun tantangan global membayangi, Sri Mulyani membawa kabar baik mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Ekonomi Indonesia di triwulan I-2025 mengalami pertumbuhan 4,87 persen year on year. Ditopang oleh kontribusi terbesar yaitu konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89 persen," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna.

Selain konsumsi rumah tangga, komponen ekspor juga masih menunjukkan kinerja impresif, tumbuh signifikan 6,78 persen secara tahunan (YoY) di kuartal I-2025. Peningkatan ini didukung oleh ekspor produk hilirisasi yang memberikan nilai tambah jauh lebih besar dibandingkan ekspor komoditas mentah.

Namun, tidak semua sektor bersinar. Konsumsi pemerintah di kuartal I-2025 justru terkontraksi 1,38 persen, dan investasi hanya tumbuh 2,12 persen (YoY).

"Meskipun demikian, dari sisi produksi kinerja sektor utama memberikan alasan optimisme terhadap aktivitas ekonomi Indonesia," ujar Ani. Ia mencontohkan industri pengolahan, yang menyumbang 19,25 persen dari total PDB nasional, masih mampu tumbuh sehat di 4,55 persen YoY, terutama didukung oleh manufaktur sektor hilirisasi.

Baca Juga: Heboh Pedagang Mainan Sempat Ngamuk usai Dagangan Diborong Verrel Bramasta, Endingnya Begini!

Disisi lain Sri Mulyani mengungkapkan bahwa saldo anggaran lebih atau SAL dari pelaksanaan APBN tahun anggaran 2024 sebesar Rp 459,5 triliun. 

Besaran SAL itu tak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan kondisi SAL pada 2023 yang nilainya serupa. Namun, pada akhir tahun, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah telah menggunakan SAL 2024 hingga hasil akhirnya tersisa Rp 458,5 triliun.

"SAL 2024 mencapai Rp 459,5 triliun. Setelah dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan APBN dan memperhitungkan SILPA dari penyesuaian lain, saldo akhir tahun dari kas negara tahun 2024 adalah Rp 457,5 triliun," ucap Sri Mulyani saat menyampaikan pidato.

Sri Mulyani memastikan, saldo akhir tahun dari APBN 2024 itu terbilang pada level yang memadai, dan masih terus mampu menjadi penyangga fiskal saat masa transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo. Juga bisa menjadi penopang tekanan ekonomi global.

"Saldo ini pada level memadai dan berfungsi untuk menyangga fiskal terutama dalam masa transisi pemerintah dan menghadapi berbagai kemungkinan risiko dinamis global," kata Sri Mulyani.

Dari sisi operasional, pendapatan tahun 2024 tercatat Rp 3.115,3 triliun, lebih rendah dari beban operasional sebesar Rp 3.353,6 triliun. Dengan demikian defisit operasional sebesar Rp 238,3 triliun dan dari sisi non operasional terdapat surplus Rp 22,7 triliun.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI