Selanjutnya, dari sektor emas, Kinerja Ekspor Emas dan Granule tercatat ada peningkatan menjadi 5.280 juta dolar AS pada tahun 2020.
Indonesia sebagai salah satu pemain besar emas dunia yang juga memiliki lokasi tambang emas terbesar di dunia sudah selayaknya mendapatkan leverage dari posisi tersebut.
“Saat ini sedang dikaji pembentukan bullion bank, karena melihat potensi yang kita miliki ini dapat memberikan banyak manfaat seperti menghemat devisa bagi pemerintah, sumber pembiayaan bagi industri, diversifikasi produk bagi bank, dan return bagi masyarakat. Pemerintah juga mendorong pengembangan industri hilir untuk meningkatkan produksi dan ekspor produk hilir dimana 19 smelter mineral telah dibangun pada tahun 2020 dan direncanakan akan terus berkembang hingga 53 smelter dibangun pada tahun 2024,” tutur Menko Perekonomian.
Selanjutnya, dalam kesempatan ini Airlangga juga menyampaikan bahwa peran UMKM sangat sentral dalam perekonomian Indonesia.
Tercatat 64,2 juta jumlah UMKM yang berkontribusi bagi 61 persen PDB. Peran ini juga menjadi potensi untuk mendorong ekspor.
Kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional masih berada di level 15 persen sehingga perlu ditingkatkan. Terbuka potensi untuk ditingkatkan karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja.
Selain itu, pemanfaatan teknologi digital sangat diperlukan karena Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar, bahkan pertumbuhannya dinilai sebagai yang tercepat dan terbesar di Kawasan Asia Tenggara.
Diproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 124 miliar dolar AS di 2025, dimana di 2020 baru mencapai 44 miliar dolar AS. Terlebih pada masa pandemi ini transformasi digital menjadi keharusan bukan pilihan lagi.
“Oleh karena itu, untuk tiga tahun ke depan, Pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur digital sekaligus mendorong peningkatan pemahaman masyarakat untuk memastikan layanan digital menjadi inklusif,” katanya.
Baca Juga: Airlangga Hartarto Klaim Ekonomi RI Mulai Berangsur Pulih